Tuntas! ‘Mosi Dipercaya’ Rakyat: AMIN Songsong Kemenangan
Dimulai 75 hari kampanye Amin itu bak pesawat lepas landas. Tuntas! Sempurna! Melesat tinggi mengangkasa untuk menyongsong kemenangan.
Kenapa idium dan daya nalar imajinasi kemenangan itu berada di angkasa tinggi langit?
Karena di sepanjang landasan, adalah analogi tumbuh berkelindan perjuangan dan kejuangan yang telah dilewati oleh Anies itu justru berawal dari bawah bersama seluruh strata akar rumput rakyat pengusungnya. Kemudian, bersama berada di pesawat itu untuk terbang tinggi:
Pertama, direkruitisasi oleh koalisi partai pejuang pula terdiri dari dua partai pembelot revolusioner luar biasa dari sangkar jeruji besi partai aoligarki, Nasdem dan PKB.
Satu lagi satu partai oposisi militan yang selalu menentang rezim, PKS.
Juga dua partai Islam pendatang baru yang sesungguhnya satu personal Amien Rais dan satu partai melegenda dalam rekam jejak sejarah: Partai Umat dan Masyumi.
Kelimanya mengusung Amin sebagai paslon Presiden dan Wakil Presiden.
Tidak saja karena dilihat dari entitas kepantasan, kepatutan, kepatuhan dan kepanutannya saja. Bahkan, dari kepentingan kompetensi, kecerdasan inteletual dan kapabilitas keduanya sangat mumpuni untuk memimpin negeri ini dan atau berkolaborasi bersama pemimpin memimpin dunia mondial lainnya.
Bukan seperti dua paslon di sebelah. Kedua-duanya —-Prabowo-Gibran maupun Ganjar-Mahfud —bukan hasil rekruitisasi secara konstusional partai.
Yang sesungguhnya partai-partai itu tengah “mati suri” peran dan fungsinya karena tersandera dan disandera oleh “kepentingan mencetak dosa bersama” akibat kohesivitas “vested interested” kolusi, korupsi dan nepotisme berkeroyokan bareng rezim oligarki itu.
Kedua-duanya, adalah paslon “karbitan” hasil rekayasa istana rezim penguasa Jokowi bersama oligarki korporasi. Alias hasil produksi politik cawe-cawe Jokowi.
Sebagai fakta pelanggaran konstitusionalnya hanya melahirkan “politik dinasti kembar” berbeda rupa : yang satu dinasti turunan asli biologisnya Gibran yang “dikawin paksa” ke Prabowo. Simbolisasi yang diskeptis dan diapatisi rakyat sebagai pasangan antara “tua-kencur” dan atau “papaya tua-belimbing sayur”.