Turki Perbaiki Hubungan dengan Mesir dan Negara Teluk
Istanbul (SI Online) – Pejabat Turki dan Mesir akan berkumpul di meja perundingan pada Selasa (7/9) di tengah mencairnya hubungan antara Turki dan tetangga Arabnya setelah hampir satu dekade saling tidak percaya dan sering kali bermusuhan.
Dilansir Aljazeera, 6 September, Pertemuan Ankara di tingkat Wakil Menteri Luar Negeri adalah putaran kedua pembicaraan Turki-Mesir setelah KTT Kairo bulan Mei, yang merupakan diskusi tingkat tinggi langsung pertama antara kedua negara sejak 2013.
Kontak tersebut adalah yang terbaru antara Turki dan negara-negara Arab setelah geger Musim Semi Arab (Arab Springs 2011), sebuah fenomena gerakan anti-pemerintah di Timur Tengah dan Afrika Utara menggulingkan sejumlah penguasa tiran.
Turki, yang mendukung kelompok-kelompok yang dekat dengan Ikhwanul Muslimin, melihat peluangnya untuk merebut peran utama di kawasan itu dan menekan rezim-rezim Arab untuk melakukan reformasi dalam menghadapi protes rakyat.
Di Mesir, perselisihan didorong antara kedua negara pada tahun 2013 ketika Panglima Militer Abdel Fattah el-Sisi menggulingkan Presiden Mohamed Morsi, seorang pemimpin Ikhwanul Muslimin.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab juga muncul sebagai saingan kuat bagi Turki karena keduanya melihat Ikhwanul Muslimin sebagai ancaman bagi dinasti mereka yang berkuasa.
Perbedaan dengan Saudi disorot setelah pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada 2018. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menunjuk jari menyalahkan lingkaran dalam de facto penguasa Saudi Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).
Turki juga terlibat dalam perang saudara Libya pada 2019, mendukung pemerintahan yang diakui PBB di Tripoli, sementara Mesir, UEA, dan Arab Saudi mendukung pihak lain.
Blokade Mesir, Emirat, Saudi dan Bahrain terhadap sekutu Turki Qatar dari 2017 juga menambah ketegangan dengan Ankara. Resolusi krisis Teluk awal tahun ini menghilangkan hambatan besar untuk mendamaikan perpecahan.
Pekan lalu, Erdogan berbicara melalui telepon dengan pemimpin UEA Putra Mahkota Mohammed bin Zayed, dua minggu setelah menjamu penasihat keamanan nasional UEA.
Meskipun Erdogan dan putra mahkota Saudi belum berbicara secara langsung, presiden Turki membahas peningkatan hubungan dengan Raja Salman bin Abdulaziz pada Mei.
Analis mengatakan perubahan dalam dinamika kawasan telah menciptakan suasana pemulihan hubungan antara Ankara dan bekas musuhnya.
Red: Agusdin/Aljazeera