Uighur Bakal Menjadi The Next Hongkong?
Wangxin seorang wartawan Radio Internasional China membuat sebuah artikel cukup panjang berjudul : “Menyibak Kebenaran tentang Xinjiang dari Laporan Miring Media Barat.”
Artikel yang diterbitkan di laman detik.com edisi Rabu (11/12) secara terbuka menuding negara Barat, khususnya AS berada di balik operasi-operasi pembentukan opini negatif terhadap pemerintah China.
“Seiring dengan maraknya konflik antara AS dengan Tiongkok, mulai dari perang dagang, penekanan AS terhadap perusahaan teknologi tinggi Tiongkok Huawei, hingga ‘RUU HAM Hong Kong’ yang belum lama ini diluluskan. Pihak AS selalu menentang dan melawan Tiongkok, begitu juga dengan media-media barat yang selalu memberitakan berita yang bertentangan dengan Tiongkok,” tulis Wangxin.
Dua hari kemudian, Jumat (13/12) Duta Besar China di Jakarta Xiao Qian muncul dalam wawancara panjang di laman detik.com. Judulnya : Blak blakan Duta Besar RRC Xiao Qian. “Ketimbang AS, Dubes RRC Sebut China Sobat Sejati Dunia Muslim.”
Ketimbang Amerika Serikat (AS), Republik Rakyat China (RRC) lebih bersahabat terhadap negara-negara muslim di dunia, termasuk Indonesia. Indikasinya, kata Dubes RRC untuk Indonesia China selalu berada dalam satu barisan dengan negara-negara muslim seperti Indonesia dalam menghadapi isu konflik di Timur Tengah.
“Justru kita lihat AS dalam hubungannya antara Palestina dan Israel selalu memihak Israel dan berseberangan dengan negara Arab. Juga banyak membuat kekacauan di Irak, Suriah, Libya dan Afghanistan. Justru China adalah sahabat sejati dunia muslim.”
Dilihat dari konten maupun timingnya. Baik artikel dan wawancara tersebut adalah artikel berbayar (sponsored content). Mereka tampaknya menyadari adanya operasi media yang sedang dilakukan oleh AS terhadap China.
Tanpa basa-basi mereka dengan tegas menuding AS berada di balik operasi media menghancurkan kredibilitas China di dunia internasional. Khusus untuk Indonesia menjadi sangat penting untuk dimenangkan opininya.
Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar. Belum lagi adanya kepentingan investasi China di Indonesia yang sangat besar.
China adalah isu yang sangat sensitif di Indonesia. Sangat mudah mendorong isu negatif China di Indonesia.