Ummu Salamah dan Perannya dalam Perjanjian Hudaibiyah

Dengan perasaan yang sedih dan gundah gulana serta terlihat raut wajah yang tampak letih, Rasulullah Saw pun masuk ke kemahnya. Sang istri (Ummu Salamah ra) yang sedang di dalam kemah pun kaget, tak biasanya Rasulullah menampakkan raut wajah seperti itu. Ia pun mengerti, pasti ada sesuatu yang membuat Beliau sedih.
Dihampirinyalah sang suami, lalu dengan lemah lembut ia pun bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu bersedih?”
Rasulullah pun bercerita bahwa para sahabat kecewa dengan klausal-klausal Perjanjian Hudaibiyyah sehingga mereka enggan melaksanakan perintahnya. Klausul-klausul yang membuat para sahabat kecewa di antaranya, (1) umat Islam tidak boleh umrah tahun itu, padahal mereka sudah mengenakan ihram, (2) jika ada orang Quraisy yang lari ke Madinah, harus dikembalikan, (3) tapi jika ada Muslim yang kembali ke Mekah, Quraisy tidak wajib mengembalikannya.
Padahal, mereka berangkat dari Yatsrib (Madinah) dengan semangat yang menyala, berharap bisa memuliakan Baitullah dan menunaikan umrah. Namun, apa yang terjadi?
Umar bin Khattab ra yang terkenal tegas dan pemberani pun tak mampu menahan gejolak hatinya. Dengan mata berapi-api, ia berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah engkau benar-benar Nabi Allah?”
Rasulullah Saw menjawab, “Benar.”
Umar berkata lagi, “Bukankah kita berada di pihak yang benar dan mereka di pihak yang batil?”
Rasulullah Saw menatapnya dengan tenang, “Benar.”
Lalu, Umar melanjutkan dengan dada yang sesak, “Mengapa kita menerima perjanjian yang merendahkan agama kita?”
Rasulullah Saw pun menatap Umar dengan penuh kelembutan, lalu menjawab dengan kalimat yang menyejukkan hati, “Aku adalah utusan Allah. Dia tidak akan menyia-nyiakan aku.” (HR Bukhari dan Muslim).
Meskipun sabda itu menenangkan, tetap saja hati para sahabat masih terasa berat. Ketika Rasulullah Saw memerintahkan mereka untuk menyembelih hewan kurban dan mencukur rambut, tidak satu pun dari mereka bergerak. Mereka diam, terpaku, seolah tak sanggup menerima kenyataan pahit itu. Itulah yang terjadi. Semuanya diceritakan kepada Ummu Salamah.
Dengan bijaksana, sang istri yang bernama asli Hindun binti Abu Umayyah Hudzafah bin al-Hughirah al-Qurasisyiyah al-Makhzumiyah mengusulkan kepada Rasulullah Saw agar beliau sendiri yang memulai untuk mengorbankan hewan kurban pertama kali dan memanggil tukang cukur untuk mencukur sebagian rambut beliau.
“Wahai Rasulullah, kaum Muslimin tidak akan menentangmu. Sesungguhnya mereka sangat bersemangat untuk berperang karena agama dan iman mereka kepada Allah SWT dan risalahmu. Karena itu, bercukurlah dan bertahallul-lah, niscaya engkau akan menemukan kaum Muslimin mengikutimu. Kemudian kita kembali ke Madinah bersama mereka.”