SUARA PEMBACA

Undang Maskapai Asing ke Dalam Negeri, Solusi atau Bunuh Diri?

Karena paradigma itulah, Negara seakan berlepas tangan terhadap berbagai permasalahan masyarakat. Bagi kapitalisme dunia transportasi adalah industri bukan fasilitas pelayanan publik. Sehingga Negara tak ubahnya sebuah perusahaan yang menjalankan roda bisnisnya. Perhatian utama Negara hanyalah untung dan rugi bukan kepentingan masyarakat. Sampai di sini, maka tak heran jika langkah selanjutnya yang ambil Negara untuk mengatasi mahalnya tiket pesawat adalah dengan mengundang maskapai asing ke dalam negeri.

Berbanding terbalik dengan sistem Islam. Jika sistem kapitalisme selalu berpikir untung rugi bagi penguasa dan pemodal. Islam berpandangan lain. Islam menetapkan bahwa penguasa adalah pelayan bagi rakyatnya, pelindung atas masyarakatnya, dan pembela atas umatnya. Sehingga dalam islam kepentingan publik adalah yang utama. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

“Imam (Khalifah) adalah pengurus rakyat dan dia bertanggungjawab atas rakyat yang dia urus.” (HR.Al-Bukhari)

Sejak 950, jalan-jalan di Cordoba sudah diperkeras, secara teratur dibersihkan dari kotoran, dan malamnya diterangi lampu minyak. Baru dua ratus tahun kemudian, yakni 1185 Paris memutuskan sebagai kota pertama Eropa yang meniru Cordoba.

Sedangkan untuk transportasi udara pun ilmuwan muslim sudah memikirkan. Abbas Ibnu Firnas (810-887 M) dari Spanyol melakukan serangkaian percobaan untuk terbang, seribu tahun lebih awal dari Wright bersaudara, sampai sejarawan Philip K. Hitti menulis dalam “History of the Arab”, “Ibn Firnas was the first man in history to make a scientific attempt at flying.”

Saat kereta api ditemukan di Jerman, segera ada keputusan Khalifah untuk membangun jalur kereta api dengan tujuan utama memperlancar perjalanan haji. Sementara pada tahun 1900 M Sultan Abdul Hamid II mencanangkan proyek “Hejaz Railway”. Jalur kereta ini terbentang dari Istanbul ibu kota Khilafah hingga Makkah, melewati Damaskus, Jerusalem dan Madinah. Di Damaskus jalur ini terhubung dengan “Baghdad Railway”, yang rencananya akan terus ke timur menghubungkan seluruh negeri Islam lainnya. Proyek ini diumumkan ke seluruh dunia Islam, dan umat berduyun-duyun berwakaf. (www.fahmiamhar.com).

Untuk membangun fasilitas transportasi tersebut Negara Khilafah tak sedikitpun mengandalkan utang ataupun membuka pintu untuk asing. Dengan pengelolaan sumber daya alam yang cermat dan landasan ketaqwaan kepada Allah SWT, Khalifah akan selalu menjadikan kepentingan rakyat sebagai hal yang utama. Bukan untuk berbisnis, berhitung keuntungan materi, tetapi kemudahan hidup masyarakat dan kesejahteraan merekalah yang Khalifah kedepankan. []

Anisa Rahmi Tania
(Aktivis Muslimah)

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button