Uskup Belo, Penerima Nobel Perdamaian Itu Ternyata Pelaku Pelecehan Anak
Jakarta (SI Online) – Pemimpin gereja Katolik Roma di Timor Leste, Carlos Filipe Ximenes Belo alias Uskup Belo dilaporkan telah melakukan dugaan pelecehan seksual kepada anak laki-laki. Korban berinisial P, yang saat ini berusia 42 tahun menceritakan apa yang dialaminya di sekitar umur 15.
Majalah De Groene Amsterdammer, seperti dilansir Tempo.co mewartakan, suatu hari Uskup Belo mengundang P ke kediamannya setelah dia menghadiri misa yang dipimpin sang uskup. P yang tidak menaruh curiga apa-apa mengaku terhormat dengan ajakan Belo itu dan memutuskan datang ke alamat yang ada di jalan pesisir Dili dengan pemandangan laut yang indah itu.
Uskup Belo disebut membawa P ke kamarnya di suatu malam dan terjadi dugaan pelecehan seksual tersebut. Setelah mengalami kejadian itu, P mengaku diberi uang.
“Di pagi hari saya lari cepat. Saya sedikit takut. Saya merasa sangat aneh,” kata P seperti dikutip, Rabu, 28 September 2022.
Kejadian itu berlaku satu kali kepada P. Tapi korban lainnya, R, juga mengaku mengalami pelecehan yang sama. R yang saat itu masih berusia 14 tahun menyatakan mendapat pelecehan saat Uskup Belo mengunjungi kota tempat dia tinggal.
Sama halnya dengan P, R diminta datang oleh uskup ke biara dan saat malam tiba dia membawa korban ke kediamannya. Setelah mendapat pelecehan R juga mengaku diberikan uang yang dia anggap sebagai tutup mulut.
Berdasarkan investigasi De Groene, jumlah korban Uskup Belo diduga lebih banyak lagi. De Groene berbicara dengan dua puluh orang yang mengetahui kasus ini seperti pejabat tinggi, pejabat pemerintah, politisi, pekerja LSM, orang-orang dari gereja dan profesional.
Lebih dari separuh dari mereka secara pribadi mengenal seorang korban, sementara yang lain tahu tentang kasus tersebut dan sebagian besar membahasnya di tempat kerja. De Groene juga berbicara dengan korban lain yang tidak mau menceritakan kisah mereka di media.
Pelecehan seksual berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Tuduhan P dan R mengacu pada tahun 90-an.
Takhta Suci, lembaga-lembaga gereja Katolik yang bertanggung jawab termasuk Dikasteri untuk Ajaran Iman (DDF), kardinal Virgílio do Carmo da Silva di Dili dan rektor mayor Kongregasi Salesian, belum menanggapi mengenai masalah ini. Uskup Belo mengangkat telepon De Groene, tetapi kemudian segera menutupnya.
Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo dikenal sebagai pemimpin kuat gereja Katolik Roma Timor-Leste. Bahkan ia disebut sebagai pahlawan nasional dan mercusuar harapan bagi rakyatnya. Pada 1996, Belo menerima Hadiah Nobel Perdamaian, bersama dengan aktivis dan diplomat José Ramos-Horta, presiden Timor-Leste saat ini.
SUMBER: TEMPO.CO/DE GROENE AMSTERDAMMER