LAPORAN KHUSUS

WADAH Malaysia Promosikan Hidup Berdampingan di Komunitas ASEAN

Selangor (SI Online) – Wadah Pencerdasan Umat Malaysia (WADAH) menggelar Konferensi Internasional Fiqh Ta’ayush di Selangor, Malaysia, pada Sabtu, 26 Oktober 2024 pekan lalu.

Konferensi ini jadi panggung untuk berbagi pengalaman dan gagasan, tentang kehidupan berdampingan di antara komunitas Muslim dan non-Muslim di Asia Tenggara.

Acara yang bertepatan dengan Muktamar Nasional WADAH ke-18 ini dihadiri hampir 1000 orang peserta dari berbagai penjuru negeri Malaysia, serta NGO dari berbagai negara.

Hadir membuka acara secara resmi Menteri Besar Selangor, Dato’ Seri Amirudin Shari yang menyampaikan pandangan tentang pentingnya penerapan Fiqh Ta’ayush, sebelumnya Prof. Dato’ Dr. Mohammad Redzuan Othman juga memberikan sambutan pembukaan acara.

Fiqh Ta’ayush menawarkan kerangka dan pedoman yang sangat relevan dalam membangun masyarakat Madani yang adil dan makmur, sejalan dengan tujuan Agenda Madani Malaysia yang digagas oleh Perdana Menteri, Dato’ Seri Anwar Ibrahim. Saya yakin seminar ini akan menjadi titik awal bagi upaya lebih lanjut dalam mempromosikan perdamaian dan pemahaman yang lebih mendalam, tidak hanya di Malaysia tetapi juga di seluruh kawasan ASEAN,” ujar Dato’ Seri Amirudin Shari.

Konferensi ini diisi oleh pembicara dari berbagai negara ASEAN antara lain, Dr. Ade Salamun dari Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Dr. Hjh Sri Rahayu Hj Dollah Universitas Islam Sultan Sharif Ali Brunei, Assoc. Prof. Dr. Syed Khairudin Aljuneid dari National University of Singapore, H.E Dr. Sles Alfin Undersecretary of State Kementerian Informasi Kamboja, Dr. Basiron Abdullah Koordinator Al-Ahmad Legacy Foundation Vietnam, Dr. Alizaman D. Gamon dari Filipina, Assoc. Prof. Dr. Pakorn Priyakorn Anggota Majelis Ulama Sheikhul Islam Thailand serta Dr. Alwani binti Ghazali dari University of Malaya.

Dalam pembentangan Amanah Pimpinan, Presiden WADAH Dato’ Ahmad Azam Ab. Rahman menyampaikan pentingnya misi keumatan dengan kerangka budaya damai dalam menghadapi perubahan geopolitik dunia.

Menurutnya, tragedi dan peperangan yang terjadi di Timur Tengah dan dunia mengingatkan kita betapa nikmat keamanan harus disyukuri dan dipertahankan.

“Sebagai umat terbanyak di Asia Tenggara, kita harus memandu masyarakat Asia Tenggara menjaga keamanan regional. Pada saat yang bersamaan, kita juga harus mengajak warga ASEAN untuk menolak berbagai hal yang sekiranya dapat memicu perseteruan dan perpecahan hingga menimbulkan konflik di Asia Tenggara,” katanya.

Pembicara dari Indonesia, Dr. Ade Salamun menyampaikan contoh-contoh konkret penerapan prinsip Fiqh Ta’ayush di masyarakat. Ia membuka wawasan peserta konferensi dengan contoh penerapan Fiqh Ta’ayush di Masjid Jogokariyan Yogyakarta.

“Masjid Jogokariyan, misalnya, menjalankan program ekonomi dan kemanusiaan tanpa memandang suku atau agama,” ungkapnya.

Tak hanya itu, ia juga menceritakan upaya resolusi konflik di Ambon. Melalui dialog yang konsisten dan kesediaan untuk mendengarkan, konflik di sana berhasil dipadamkan.

“Ini adalah pelajaran penting bagi kawasan lain di Asia Tenggara yang mengalami tantangan serupa,” katanya.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button