Wahid Hasyim Versus Yaqut Cholil Qoumas
“(Cinta Laura) memberikan speech yang luar biasa dan menginspirasi, tidak banyak anak muda yang bisa memberikan dan mampu memberikan pidato dengan makna sedalam itu,” ujar Yaqut. Ia juga menyatakan hampir nangis karena pidato Laura yang berkesan itu.
Masyarakat banyak mengeluh dengan dihadirkannya Cinta Laura di acara itu. Karena artis ini sering berpakaian minim bila menyanyi. Selain itu, pidatonya juga membahayakan generasi muda. Karena ia mengagungkan paham relativisme. Paham yang menyatakan kebenaran tidak dapat dijangkau manusia, karena yang memahami kebenaran hanya Tuhan. Paham ini bertentangan keras dengan Islam. Karena umat Islam dapat memahami langsung kebenaran lewat Al-Qur’an, Hadits atau ijtihad ulama yang saleh.
Yang terakhir, adalah pernyataan Yaqut bahwa kementerian agama adalah hadiah negara khusus untuk NU. Setelah mendapat pertentangan keras dari tokoh-tokoh Islam di tanah air, Yaqut membela diri. Ia katakan bahwa pernyataannya itu berlangsung di kalangan internal NU dan tujuannya untuk memberi semangat para santri dan pondok pesantren. Hal inipun banyak diprotes masyarakat, karena acaranya itu beredar luas di Youtube, dan harusnya Yaqut minta maaf bukan malah membela diri dari kesalahan yang dibuatnya.
Bila dicemati, kontroversi yang dibuat Yaqut ini berpangkal pada paham ‘pluralisme agama yang dipeluknya’. Selama Yaqut memeluk paham ini, maka ia tidak akan serius memperjuangkan aspirasi umat Islam Indonesia. Apalagi ia telah menyatakan terus terang bahwa agama harus dijadikan sebagai inspirasi dalam pembangunan bangsa, bukan sebagai aspirasi.
Harusnya sebagai Muslim, Menteri Agama menjadikan Islam sebagai aspirasi dan inspirasi, bukan inspirasi semata. Memang Kementerian Agama menaungi enam agama di Indonesia, tapi bukankah Islam agama mayoritas penduduk Indonesia? Wallahu alimun hakim.
Nuim Hidayat, Dosen Akademi Dakwah Indonesia Depok.