#Bebaskan PalestinaLAPSUS

Wajah Gaza dari Udara: Padang Tandus Berisi Puing, Debu, dan Kuburan

The Guardian mengikuti misi airdrop militer Yordania untuk menyaksikan secara langsung lanskap yang hancur akibat serangan Israel

Airdrop juga bisa mematikan:

  • 12 orang tenggelam tahun lalu saat mencoba mengambil makanan yang jatuh ke laut,
  • 5 orang tewas karena tertimpa palet bantuan.

Lebih ke selatan, pesawat melintasi Deir al-Balah di Gaza tengah. Di daerah al-Baraka, pada 22 Mei, Yaqeen Hammad—seorang influencer termuda Gaza berusia 11 tahun—tewas dalam serangan udara Israel saat sedang menyiram bunga di taman kecil di kamp pengungsi.

Beberapa kilometer kemudian, pesawat melewati dekat Khan Younis, yang telah dikepung selama berbulan-bulan oleh pasukan Israel. Di pinggiran utara kota itu, terdapat reruntuhan rumah Dr Alaa al-Najjar, seorang dokter anak yang bekerja di RS al-Tahrir. Rumahnya dibom pada bulan Mei saat ia sedang bertugas. Suami dan 9 dari 10 anaknya tewas dalam serangan tersebut.

Dari langit, terlihat betapa kecilnya Gaza—sepotong kecil tanah yang menjadi panggung salah satu konflik paling berdarah di dunia. Wilayah ini empat kali lebih kecil dari London Raya. Di tempat sekecil ini, menurut otoritas kesehatan, lebih dari 60.000 orang telah terbunuh akibat serangan Israel. Ribuan lainnya diperkirakan masih terkubur di bawah reruntuhan.

Beberapa ratus meter di bawah, wartawan The Guardian, Malak A Tantesh, seorang jurnalis sekaligus penyintas, sedang menyusun laporan. Sebagian besar rekan Guardian belum pernah bertemu langsung dengannya, karena blokade Israel membuat warga Gaza tidak bisa keluar. Ia telah beberapa kali mengungsi, hidup tanpa akses yang layak ke makanan atau air, dan telah kehilangan kerabat, teman, serta rumahnya.

Menerima pesan darinya saat pesawat melintas di atas terasa sangat menggetarkan.

Saat pesawat kembali menuju Yordania, seorang tentara menunjuk ke arah cakrawala di selatan: “Itu Rafah,” katanya.

Rafah, wilayah paling selatan Gaza, kini sebagian besar telah hancur. Ratusan orang tewas saat berebut makanan sejak Yayasan Kemanusiaan Gaza, yang didukung Israel dan AS, mengambil alih distribusi bantuan pada Mei. Tak jauh dari sana, di bukit penuh kawah, terdapat lokasi di mana, pada 23 Maret, unit militer Israel menyerang konvoi ambulans Palestina, menewaskan 15 petugas medis dan penyelamat yang kemudian dikuburkan dalam kuburan massal.

Setelah mendarat di Pangkalan Udara Raja Abdullah II di Ghabawi, pertanyaan yang menggelayut di benak semua wartawan di pesawat: “Kapan kita bisa melihat Gaza lagi?”

Dan setelah menyaksikan padang tandus penuh batu dan kuburan ini, apa lagi yang bisa dihancurkan, ketika hampir semuanya sudah lenyap? []

Sumber: THE GUARDIAN

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button