Wanita Palestina di Garis Depan Perlawanan
Ummu Haitsam adalah satu dari para wanita Palestina yang meninggalkan jejak di kamp-kamp pawai kepulangan. Karakter dan kepribadiannya tidak absen dari pawai kepulangan. Meskipun harus menghadapi tembakan peluru organik dan gas air mata, dia tetap teguh seperti gunung, tak peduli dengan bahaya yang mengancamnya.
Pasukan penjajah Israel menembak Ummu Haitsam dengan peluru eksplosif di pahanya dan memaksanya harus dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.
Sementara itu, relawan Ramiyah Abu Mustafa bekerja di pos medis Kementerian Kesehatan di sebelah timur Khanyunis bersama rekan-rekannya yang melakukan pekerjaan dengan dedikasi dan tekad yang tinggi.
Selama melakukan tugas kemanusiaan untuk menolak para korban yang terluka di dalam pos medis, tentara Israel menembakkan bom gas beracun di rumah sakit lapangan tempat dia bertugas, sehingga menderita sesak nafas sangat parah.
Rasmiyah Abu Mustafa dibawa ke Rumah Sakit Nasser setelah kondisinya sulit karena banyaknya gas yang dihirup. Setelah itu kembali lagi bertugas pada hari Jumat berikutnya.
Dengan seragam putihnya, relawan medis Maryam Sobeeh (22 tahun) bergerak cekatan di antara para korban yang terluka di timur kota Khanyunis di Jalur Gaza selatan dalam pawai kepulangan untuk menyelamatkan para korban. Dia memberi mereka pertolongan pertama dan layanan medis sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing korban yang terluka.
Maryam bertugas bersama dengan sejumlah rekan dan relawan di Kementerian Kesehatan. Mereka terus berada di tenda rumah sakit keliling di pawai kepulangan.
Di tengah-tengah para pemuda revolusioner, Ummu Mundzir Najjar berdiri di depan para tentara Israel yang bersenjata lengkap, untuk melukiskan semangat juang yang kuat dan kebanggaannya melawan penjajah Israel.
Dengan tekad dan kegigihan, Ummu Mundzir menerebos gas air mata yang ditembakkan secara massif oleh pasukan penjajah Israel arah para demonstran damai di perbatasan timur Jalur Gaza, tidak peduli mengalami luka atau terbunuh sekalipun.
Ummu Mundzir, seperti orang-orang tua lainnya yang tidak berkecil hati karena usia tua mereka, telah berpartisipasi dalam pawai kepulangan ini sejak 30 Maret 2018. Mereka bersikeras hadir dalam pawai-pawai kepulangan, yang bejarak beberapa kilometer dari tanahnya dan tanah nenek moyangnya di dalam wilayah yang diduduki penjajah Israel.
Fenomena kehadiran para wanita Palestina terlihat jelas di medan pawai kepulangan sejak pada hari Jumat, 30 Maret 2018 lalu, yang aksi-aksinya masih terus berjalan dengan berbagai macam bentuknya, di berbagai tingkat, mulai dari kehadiran mereka di barisan terdepan di antara para peserta pawai, merawat par akorban yang terluka, serta berpartisipasi dengan menyediakan alat-alat sederhana sebagai bentuk revolusi membela tanah mereka yang diduduki penjajah seperti “Slingshot” (semacam ketapel) dan menyiapkan makanan.
sumber: infopalestina