Zionis Dinilai Frustasi Hadapi Rakyat Palestina
Gaza (SI Online) – Negara penjajah Zionis benar-benar mengalami frustrasi dan kebingungan akibat keberanian luar biasa yang dimiliki para pemuda Palestina dalam aksi “Jum’at Pemuda Revolusioner”, yang untuk pertama kalinya berhasil melewati pagar perbatasan pada Jumat kelima aksi pawai kepulangan akbar. Yang menyebabkan penjajah Zionis mengambil langkah-langkah untuk meringankan guncangan publik Israel yang menilai tentara sebagai benteng pertahanan terakhirnya.
Menghadapi keberanian para pemuda Palestina yang berhasil melewati pagar perbatasan serta fenomena larinya jip-jip militer Israel menghadapi para pemuda dan bersembunyi di belakang penghalang tanah yang tinggi, penjajah Zionis berusaha menghentikan pertempurannya melalui aksi brutalnya dengan menarget berbagai pos perlawanan di propinsi-propinsi Jalur Gaza untuk menunjukkan sebagai pihak yang paling kuat.
Rasa Frustrasi
Analis politik dan pakar tentang Zionis, Saleh al-Nu’ami, dilansir Pusat Informasi Palestina, Senin (30/4) menegaskan bahwa pemboman yang dilakukan penjajah Zionis ke sejumlah target Hamas mencerminkan perasaan frustrasi Israel akibat capaian para peserta pawai kepulangan akbar di Jumat lalu dan keberhasilan mereka dalam membongkar pagar perbatasan.
Dia menegaskan bahwa penjajah Zionis sedang berusaha untuk menggantikan kegagalan penempatan militernya di perbatasan untuk mencegah meluasnya aksi melalui upaya penerapan perimbangan pencegahan baru yang didasarkan kepada siasat “menarik pajak perlawanan” sebagai harga yang harus dibayar perlawanan atas kemajuan aksi pawai kepulangan. Hal ini dilakukan dengan tujuan, “untuk membujuk perlawanan agar menghentikan aksi pawai kepulangan, atau mendorong perlawanan untuk melakukan suatu konfrontasi yang pada akhirnya bisa dijadikan alasan untuk menghabisi aksi pawai kepulangan.”
Dia mengatakan, “Respon terhadap setiap eskalasi yang dilakukan penjajah Zionis, harus bisa meningkatkan dan mengintensifkan gerakan pawai kepulangan untuk menguras kekuatan penjajah Zionis. Bukan permainan di arena yang diinginkan penjajah Zionis.” Dia memberikan alasan dengan tingkat frustrasi penjajah Zionis yang mengerahkan pasukannya di perbatasan dengan Jalur Gaza. Meski demikian penjajah Zionis telah gagal, bukan saja pada upaya mencegah meluasnya aksi ini, namun juga tidak mampu menghentikan perkembangannya.”
Lonceng Bahaya
Analis dan spesialis masalah Zionis Aiman Rafati mengatakan bahwa pawai kepulangan dengan perkembangan sarana dan metodenya, serta dengan semakin sengitnya para pemuda dalam aksi ini, telah mulai menjadi lonceng bahaya nyata bagi penjajah Zionis dengan semakin dekatnya peringatan hari Nakbah pada 15 Mei yang akan datang, di mana para peserta aksi berjanji akan menjadikannya sebagai Jum’at Final.
Rafati menyatakan bahwa perkembangan besar yang terjadi dalam pawai kepulangan akbar pada “Jumat Pemuda Revolusioner” serta penggunaan semua sarana yang digunakan sebelumnya, seperti ban, layang-layang dan yang lainnya, telah menyebabkan kelelahan penjajah Zionis. Ditambah taktik baru para pemuda hingga sampai ke pagar pemisah, telah membuat penjajah Zionis yakin bahwa apa yang terjadi tidak lain hanyalah latihan kecil untuk tanggal 15 Mei dan karena itu ini merupakan horor nyata yang harus dihadapi dengan segera oleh penjajah Zionis.
Rafati mengingatkan bahwa prediksi tingkat keamanan dan militer di negara penjajah Zionis menyebutkan bahwa penjajah Zionis tidak akan menunggu 15 Mei. Namun sudah mulai melaksanakan siasat baru untuk memanaskan situasi di kawasan perbatasan. Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk mendorong perlawanan melakukan reaksi militer atas pelanggaran yang dilakukan penjajah Zionis, sehingga bisa mendorong terjadinya eskalasi di perbatasan.
Mendekati Horor
Analis dalam urusan militer Rami Abu Zubaidah menegaskan bahwa mendekati 15 Mei merupakan horor yang menakutkan bagi penjajah Zionis. Karena itu, penjajah Zionis berusaha untuk mengarang dalih dan memaksakan keadaan ketidakstabilan di perbatasan untuk mengintimidasi dan menteror massa, dan menyimpangkan jalannya peristiwa untuk pertempuran militer. Pemboman ke Jalur Gaza menegaskan hal ini.
Dia menyatakan bahwa eskalasi ke Jalur Gaza adalah upaya untuk melakukan tekanan tambahan terhadap gerakan Hamas sebelum sampai pada tanggal 15 Mei. Prediksi penjajah Zionis menyebutkan bahwa bulan Mei adalah bulan paling berbahaya sejak perang 6 hari 1967 karena berkumpulnya sejumlah faktor.
Abu Zubaidah memprediksi penjajah Zionis berusaha memaksakan penggunaan kekuatan di sejumlah level dalam beberapa hari ke depan untuk mempercepat peristiwa dan tekanan pada Hamas dan faksi-faksi perlawanan, guna menciptakan sebuah keadaan lapangan yang dalam sudut pandangnya bisa dilakukan tindakan tanpa memperlihatkan penjajah Zionis sebagai pembunuh anak-anak dan orang-orang yang terisolasi.
Dia menegaskan bahwa pawai keupangan akbar telah menjadi titik positif yang menguntunngkan pawai ini untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang diharapkan. Dia menambahkan, “Dalam Jum’at Pemuda Revolusioner, para pemuda berhasil bermanuver di pagar perbatasan dan memperluas penyebaran mereka secara mengejutkan penjajah Zionis. Para pemuda berhasil memotong pagar kawat pemisah dan masuk ke wilayah Palestina yang diduduki penjajah Zionis sejak tahun 1948 dan berkonfrontasi dengan penjajah Zionis dari titik zero.”
Abu Zubaidah menyakini penjajah Zionis benar-benar mengalami rasa frustrasi dan kebingungan karena tidak menemukan cara yang sesuai secara lapangan dan politik untuk menghadapi pawai damai dan menghabisinya. “Penjajah Zionis bereksperimen antara ingin membatasi target pawai seminimal mungkin dengan ancaman, eskalasi dan menyeret Jalur Gaza kepada pertempuran militer,” ungkapnya.
sumber: infopalestina