Zionis Israel Bombardir Kota Gaza tanpa Henti

Kecaman global
Kritik internasional terhadap Israel meningkat, dengan Sekjen PBB Antonio Guterres pada Selasa menyebut situasi di Gaza “mengerikan”, seraya menambahkan bahwa perang di wilayah Palestina itu secara moral, politik, dan hukum tidak dapat ditoleransi.
Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul menyebut eskalasi Israel sebagai “langkah yang benar-benar salah arah”. Menteri Luar Negeri baru Inggris, Yvette Cooper, memperingatkan serangan itu “hanya akan membawa lebih banyak pertumpahan darah”.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mengatakan ofensif itu “akan membuat situasi yang sudah putus asa menjadi semakin buruk”.
“Itu berarti lebih banyak kematian, lebih banyak kehancuran, dan lebih banyak pengungsian,” tulis Kallas di media sosial X. Ia menambahkan bahwa blok itu akan mengajukan langkah-langkah pada Rabu untuk menekan pemerintah Israel agar mengubah jalannya perang di Gaza.
Para pemimpin Barat, yang menegaskan kembali dukungan mereka terhadap “hak Israel membela diri” pasca serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, kini semakin kritis terhadap perang Israel di Gaza. Banyak organisasi HAM dan pakar genosida kini menyebut ofensif militer Israel sebagai genosida. Tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atas kejahatan perang.
Di Israel sendiri, pemimpin oposisi Yair Lapid mengecam penanganan invasi darat oleh Netanyahu, menyebutnya “amatiran dan ceroboh”.
Organisasi HAM Israel, termasuk Asosiasi untuk Hak Sipil di Israel, Dokter untuk HAM, Gisha, dan Adalah, mengatakan perintah “evakuasi” untuk Kota Gaza sama dengan pengusiran paksa.
“Ancaman ini dimaksudkan untuk mengusir populasi yang kelelahan dan kelaparan, yang tidak punya tempat tujuan,” kata kelompok-kelompok itu kepada Haaretz. Mereka menegaskan perintah itu “tidak didasarkan pada kebutuhan militer” dan “bertentangan dengan hukum internasional”. []
Sumber: Al Jazeera