#Bebaskan PalestinaLAPSUS

Zionis Israel Gunakan Kelompok Yaser Abu Shabab untuk Bantu Genosida?

“Shehada mengatakan, “Gengnya muncul sebulan kemudian dan menjadi geng utama yang secara sistematis menjarah sebagian besar makanan dan bantuan yang masuk ke Gaza di bawah perlindungan militer Israel.”

Menurut data PBB, sekitar 9 dari 10 truk yang masuk ke Gaza dijarah. Israel awalnya menyalahkan Hamas, tetapi kelompok bantuan kemanusiaan membantah, dan bahkan militer Israel tidak dapat menemukan bukti.

Sebaliknya, pekerja bantuan internasional menyebut Abu Shabab sebagai pelaku penjarahan sistematis.

Memo internal PBB yang diperoleh Washington Post secara khusus menyebutnya sebagai “aktor utama dan paling berpengaruh di balik penjarahan sistematis dan masif” di Gaza.

Saat gencatan senjata singkat yang dibatalkan sepihak oleh Israel pada Maret, Abu Shabab menghilang, lalu muncul kembali pada pertengahan Mei ketika Israel, di bawah tekanan internasional, mulai mengizinkan sedikit bantuan masuk ke Gaza.

“Benar-benar pada hari itu juga dia muncul lagi entah dari mana,” kata Shehada.

“Shehada menambahkan, “Dia menjadi wajah kampanye kelaparan Israel, sambil memberi Israel alasan penyangkalan penuh dan menyerahkan pengerjaan di lapangan kepadanya.”

Wajah Palestina untuk Pembersihan Etnis

Selain mencuri bantuan yang ditujukan untuk warga Palestina yang kelaparan, analis mengatakan Abu Shabab dan milisinya berkontribusi pada rencana Israel yang lebih luas untuk melakukan pembersihan etnis di Gaza, yang semakin intensif tahun ini.

“Israel berupaya membangun milisi yang terhubung dengan Abu Shabab dengan harapan mereka dapat memperluas zona ‘kamp konsentrasi’ yang bisa mereka operasikan/kendalikan, sehingga Israel dapat mengurangi beban pendudukan sambil memfasilitasi pembersihan etnis,” kata Tariq Kenney Shawa, peneliti kebijakan AS di Al-Shabaka, sebuah jaringan kebijakan Palestina.

Pada awal Juli, Menteri Pertahanan Israel Israel Katz mengumumkan rencana untuk memindahkan 600.000 warga Palestina ke kota tenda di Gaza selatan dan menyebutnya sebagai “migrasi sukarela”. Rencana ini banyak dikritik media Israel dan kelompok kemanusiaan.

Milisi Abu Shabab telah membangun apa yang disebut analis sebagai kamp konsentrasi di Gaza selatan, untuk memindahkan lebih dari setengah juta warga Palestina ke sana sebelum dipindahkan ke negara ketiga.

“Maksudnya adalah menahan mereka di sana sampai muncul kesempatan untuk mengirim mereka ke luar Gaza, baik ke Mesir atau negara ketiga lainnya,” kata Omar Rahman, peneliti di Middle East Council on Global Affairs.

Memaksa warga Palestina masuk ke area yang sangat sempit lalu memaksa mereka melintasi perbatasan ke Mesir bisa memicu dampak internasional serius, karena Mesir menolak memindahkan warga Palestina.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button