#Bebaskan PalestinaINTERNASIONAL

Zionis Israel Tutup Jalur Terdekat Bantuan ke Gaza

Jakarta (SI Online) – Zionis Israel telah menutup perlintasan ke utara Gaza, memotong jalur terdekat untuk bantuan ratusan ribu orang yang berisiko kelaparan. Sementara serangan udara dan penembakan Israel menewaskan puluhan orang lagi di wilayah Palestina yang hancur.

Langkah untuk menutup perlintasan pada Kamis (26/06/2025) ini akan meningkatkan tekanan diplomatik terhadap Israel karena perhatian beralih dari konflik singkat dengan Iran, kembali ke kekerasan dan krisis kemanusiaan yang parah di Gaza.

Selama 12 hari Israel bertempur dengan Iran, lebih dari 800 warga Palestina terbunuh di Gaza – baik ditembak saat mereka berusaha putus asa mencari makanan dalam situasi yang semakin kacau atau dalam gelombang serangan dan penembakan Israel yang berturut-turut.

Pedro Sánchez, Perdana Menteri Spanyol pada Kamis kemarin (26/6) menjadi pemimpin Eropa paling terkemuka yang menggambarkan situasi di Gaza sebagai “genosida”.

Berbicara sebelum KTT Uni Eropa di Brussels, Sánchez menyebutkan laporan Uni Eropa yang menemukan “indikasi” Israel melanggar kewajiban hak asasi manusianya di bawah kesepakatan kerja sama, yang membentuk dasar untuk hubungan perdagangan.

Ia menyatakan adanya blokade bantuan kemanusiaan Israel untuk wilayah Palestina, tingginya jumlah korban sipil, serangan terhadap jurnalis dan pengungsian besar-besaran dan kehancuran yang disebabkan oleh perang. Israel dengan keras membantah tuduhan kejahatan perang dan genosida, yang katanya didasarkan pada bias anti-Israel dan antisemitisme.

Juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, mengatakan pasukan Israel telah menewaskan 56 orang pada hari Kamis, termasuk enam yang sedang menunggu makanan di dua lokasi terpisah. Tidak ada konfirmasi independen atas klaim tersebut, tetapi catatan medis rumah sakit lapangan yang dijalankan oleh Komite Internasional Palang Merah dan NGO lainnya yang dilihat oleh Guardian mengungkapkan ratusan orang cedera akibat peluru Israel yang ditembakkan ke warga sipil yang mencari bantuan dalam dua minggu terakhir. Saksi juga menggambarkan tembakan mematikan dari tentara Israel.

Militer Israel mengatakan tentara telah “menembakkan tembakan peringatan” untuk mencegah “tersangka mendekati mereka” di dekat koridor Netzarim di Gaza tengah. Di situ warga Palestina berkumpul setiap malam, seringkali dengan harapan untuk menghentikan truk (pembawa makanan).

Makanan telah menjadi sangat langka di Gaza sejak blokade ketat terhadap semua pasokan yang diberlakukan oleh Israel sepanjang Maret dan April, mengancam 2,3 juta orang yang tinggal di sana dengan “risiko kelaparan yang kritis”. Sejak blokade sebagian dicabut bulan lalu, PBB telah berusaha membawa bantuan, tetapi menghadapi rintangan besar, termasuk jalan yang tersumbat puing-puing. Juga pembatasan militer Israel, serangan udara yang terus berlanjut, dan meningkatnya anarki.

Mencapai Gaza utara, di mana kebutuhan makanan paling mendesak, hal itu sangat sulit ditempuh. Tetapi menjadi jauh lebih mudah ketika Israel membuka perbatasan Zikim, yang memungkinkan gandum dan kebutuhan pokok lainnya untuk diangkut langsung ke sana. Pejabat bantuan di wilayah tersebut menggambarkan penutupan Zikim pada hari Kamis, yang menurut Israel diperlukan untuk menghentikan Hamas dari mengambil bantuan, sebagai “sangat bermasalah” dan akan berdampak langsung pada distribusi bantuan. Titik distribusi makanan baru yang didirikan oleh organisasi swasta yang didukung oleh AS dan Israel yang bernama Gaza Humanitarian Foundation terletak di pusat dan selatan Gaza, di luar jangkauan sebagian besar dari satu juta orang yang diperkirakan berada di utara.

Pemerintah Israel memerintahkan penutupan titik perbatasan utara setelah rekaman muncul di media sosial yang menunjukkan pria bersenjata mengawasi pengiriman bantuan. Rival kanan Israel terhadap Netanyahu mengklaim bahwa mereka adalah Hamas, tetapi pekerja bantuan dan orang lain di Gaza mengatakan bahwa para penjaga setia kepada sebuah dewan pemimpin komunitas lokal yang telah mengorganisir perlindungan untuk konvoi pasokan yang sangat dibutuhkan.

Komisi Tinggi Urusan Suku, yang mewakili klan-klan berpengaruh di wilayah tersebut, menyatakan bahwa para penjaga telah diorganisir “secara eksklusif melalui upaya suku” dan bahwa tidak ada faksi Palestina – merujuk kepada kelompok militan di Gaza termasuk Hamas – yang terlibat.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button