SOSOK

20 Tahun Dipenjara di AS tanpa Kejahatan Apapun, Pria Afghanistan ini Akhirnya Pulang

Chaparhar (SI Online) – Invasi Amerika Serikat ke Afghanistan sejak 2001 hingga 2021, tidak hanya mengakibatkan tewasnya ratusan jiwa warga dan para pejuang, namun juga meninggalkan kenangan pahit bagi mereka yang ditahan tanpa adanya kesalahan apapun.

Hal itulah yang dialami seorang warga Afghanistan, Khan Mohammad (57). Selama dua dekade ia dipenjara di AS tanpa diketahui kejahatan apa yang ia lakukan.

“Anak-anak saya masih kecil ketika saya ditangkap. Setelah saya dibebaskan dan kembali ke rumah, saya tidak dapat mengenali mereka sampai mereka memperkenalkan diri satu per satu, dari yang tertua hingga yang termuda,” kata Khan, seorang ayah dalam keluarga beranggotakan 10 orang, baru-baru ini di desanya.

Tinggal di sebuah rumah yang terbuat dari batu bata lumpur di tengah-tengah kebun yang tandus dan rusak di desa terpencil Hadia Khil, mantan tahanan tersebut menduga bahwa dirinya ditahan selama hampir dua dekade oleh militer AS tanpa melakukan kejahatan apa pun.

“Mereka (pihak AS) menuduh saya mendalangi konspirasi besar untuk menyerang Bandar Udara (Bandara) Jalalabad dan membunuh banyak orang Amerika,” kenang Khan, yang baru-baru ini dibebaskan dari penahanan AS. “Namun, saya tidak melakukan apa-apa. Saya sepenuhnya membantah tuduhan itu.”

Ditangkap oleh pasukan AS pada 2006 dari Jalalabad, ibu kota Provinsi Nangarhar, dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup di AS.

Namun, dia dibebaskan dan kembali ke rumah pada Januari 2025 sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan antara AS dan pemerintah sementara Afghanistan.

Meskipun baru berusia 57 tahun, dia tampak setidaknya 10 tahun lebih tua dari usianya. Tangannya gemetar saat dia menceritakan penderitaan yang dialaminya.

Mantan tahanan tersebut mengatakan bahwa ketika pasukan AS menangkapnya, mereka menutup matanya dan menyumpal mulutnya, lalu menempatkannya di sebuah ruangan kecil di Bandara Jalalabad sebelum memindahkannya ke pangkalan militer AS di Bagram. Setelah itu, dia diterbangkan ke Washington DC.

“Kisah saya panjang,” gumamnya. “Di Bagram, saya sama seperti tahanan lainnya. Kemudian mereka (pihak AS) memindahkan saya ke AS. Perjalanan itu sangat menakutkan. Mereka mengikat tangan dan kaki saya, menutup mata saya, dan menyumbat telinga saya. Jaraknya sangat jauh, dan saya merasa kesakitan sepanjang perjalanan.”

Duduk di atas tempat tidur tradisional kuno yang disebut caat oleh masyarakat lokal, dan dikelilingi oleh para putra, cucu, dan teman-temannya, pria berjanggut itu berbicara dengan suara lantang dan penuh tekad. “Kebebasan lebih berharga dari apa pun,” katanya.

“Ya, saya sangat senang, begitu pula anak-anak dan anggota keluarga saya. Kami semua senang,” katanya saat menggambarkan kegembiraan atas pembebasan dan kepulangannya ke rumah.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button