Kedudukan Wanita Menurut Islam
Kedudukan Wanita dalam Islam
Allah telah memberi kekhususan bagi wanita dengan beberapa hal berikut:
Pertama, Islam telah memberikan tanggung jawab pengaturan rumah dan pendidikan anak kepada wanita. Sabda Rasulullah Saw: “…dan wanita adalah pengurus rumah suaminya dan anak-anaknya dan bertanggung jawab atas mereka semua.”
Kedua, Islam memberikan hak hadlanah (pengasuhan) terhadap anak-anak yang masih kecil kepada wanita, ketika ia berpisah dengan suaminya karena cerai, atau meninggal. Dalam keadaan seperti itu, sang suami ataupun keluarga suami wajib memberikan nafkah kepadanya. Firman Allah SWT:
“…Dan kewajiban ayah memeberi makanan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruuf.” (QS. Al Baqarah [2]: 233).
Ketiga, di dalam rumah tangganya, wanita berhak untuk diberi nafkah oleh suaminya. Sabda Rasul Saw: “Dan bagi mereka (wanita) wajib atas kalian (suami) memberinya makan dan pakaian dengan cara yang ma’ruf.”
Keempat, seorang wanita berhak mendapatkan kehidupan yang tenteram dari suaminya. Firman Allah SWT: “…dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang… (QS. Ar Ruum[30]: 21).
Kelima, Allah telah melarang wanita menduduki jabatan-jabatan pemerintahan, seperti Khalifah, Wali (gubernur) ataupun Mahkamah Mazhaalim. Sabda Rasul Saw: “Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada kaum wanita.”
Keenam, Islam memberikan keringanan kepada wanita untuk tidak mengerjakan shalat dan puasa pada bulan Ramadhan ketika sedang haid atau nifas.
Ketujuh, Islam menerima kesaksian seorang wanita pada perkara-perkara yang tidak dapat diketahui kecuali oleh wanita saja seperti masalah keperawanan dan persusuan. Disamping itu Islam menuntut kesaksian dua orang wanita sebagai ganti dari satu orang laki-laki dalam persoalan mu’aamalah dan ‘uquubaat. []
Sumber: Dirasat fil Fikr Al-Islamiy, karya M. Husain Abdullah.