74 Tahun Berlalu, Rakyat Palestina Dambakan Negara Merdeka
Talal Okal, seorang penulis dan analis politik, mengatakan setelah bertahun-tahun, pembentukan negara Palestina di perbatasan pra-1967 telah menjadi “impian yang dibuat-buat.”
“Tidak ada ruang untuk solusi berdasarkan negosiasi yang akan memberikan rakyat Palestina sebuah negara merdeka, terlepas dari perbatasan, ukuran, dan spesifikasinya,” kata Okal.
Selain menganggap Israel bertanggung jawab atas situasi Palestina saat ini, Okal mengatakan tidak ada tekanan yang dilakukan pada Israel untuk memberikan hak-hak mereka kepada Palestina, terutama mengingat percepatan normalisasi Arab-Israel, perpecahan antar-Palestina, dan penurunan dukungan dari masyarakat internasional.
Dia juga mencatat bahwa kebangkitan kelompok sayap kanan untuk berkuasa di Israel berarti tidak ada pihak yang “dapat menerima solusi politik dan negosiasi dengan Palestina.”
Okal percaya opsi utama yang tetap terbuka bagi Palestina untuk mendirikan negara merdeka adalah melalui “menghidupkan kembali konflik” dengan Israel.
Sementara menghargai solidaritas internasional dengan perjuangan Palestina, dia berpendapat bahwa itu tetap menjadi masalah “hubungan masyarakat” yang tidak memiliki dampak nyata di lapangan.
Okal menuturkan Palestina perlu memahami bahwa proyek Zionis adalah ekspansionis dan kolonial, dan tidak hanya berusaha untuk mendirikan negara bagi orang-orang Yahudi di tempat geografis tertentu.
“Kita harus menghidupkan kembali konflik (dengan Israel) lagi,” tambah dia.
Reformasi Palestina
Okal menolak gagasan untuk membubarkan Otoritas Palestina hanya karena solusi dua negara tidak terlihat.