Dua Ratus Perak yang Sangat Berarti
Sejak Sabtu 24 Maret 2018 lalu, Pertamina resmi menaikkan harga BBM pertalite. BBM pertalite dinaikkan sebesar Rp. 200,-. Padahal harga BBM Pertalite ini pada bulan Januari 2018 lalu sudah dinaikkan. Tercatat di awal tahun 2018, PT Pertamina sudah menaikan harga BBM sebanyak 3 kali dengan alasan bahwa harga minyak mentah dunia naik.
Kalau di film Dilan yang sempat viral itu yang berat itu rindu. Tapi yang lebih berat itu jadi seorang pemimpin. Berat nanti pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Bagaimana tidak? Seorang pemimpin pasti akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat atas kepemimpinannya di dunia. Bagaimana dirinya mengurusi rakyatnya? Apakah iman yang menuntunnya saat memimpin atau nafsu? Apakah keadilan yang dia tebarkan, bukan kedzaliman? Apakah wahyu Allah yang dia jadikan patokan kebijakan atau pesanan sang tuan penyokong modal kampanye?
Umar bin Khathab ra. mengungkapkan besarnya tanggung jawab seorang pemimpin di akhiarat nanti, “Seandainya seekor keledai terperosok di kota Baghdad niscaya Umar akan dimintai pertanggungjawabannya, seraya akan ditanya, mengapa tidak kau ratakan jalan untuknya?”.
ltulah keteladanan yang dilukiskan para salafus shalih tentang beratnya tanggung jawab pemimpin di hadapan Allah kelak. Dalam sebuah hadits pula disebutkan, “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari)
Dilihat dari poin ini saja, ketika pemerintah berusaha menaikkan harga BBM Pertalite sebesar Rp. 200,- dapat dipastikan Rp. 200,- ini nantinya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah kelak di akhirat. Walaupun terlihat kecil hanya Rp. 200,- tapi ini akan sangat berarti dalam menentukan timbangan dan nasib para pimpinan negeri ini di hari akhir. Lebih berat lagi, jika BBM ini dibeli oleh masyarakat dan merupakan kebutuhan pokok yang pasti dicari oleh hampir semua warga, bayangkan berapa uang rakyat yang harus dipertanggungjawabkan oleh mereka dari kumpulan dua ratus perak ini? Dari sini pemerintah telah mengambil hak dari masing-masing rakyatnya sebesar dua ratus perak, padahal mengambil harta yang bukan menjadi hak itu merupakan keharaman bagi tiap orang yang mengaku Islam.
Menjadi seorang pemimpin memang bukan perkara mudah. Pemimpin dalam level apa pun akan dimintai penanggungjawabannya di hadapan Allah atas semua perbuatannya, di samping seluruh apa yang terjadi pada rakyatnya. Baik dan buruknya perilaku dan keadaan rakyat tergantung pemimpinnya. Sebagaimana rakyat juga akan dimintai pertanggungjawabannya ketika memilih seorang pemimpin.
Di lain sisi, pemimpin yang adil dan amanah hanya berwujud nyata jika pemimpin ini menjadikan syariat Islam sebagai standar dalam kepemimpinannya. Sehingga pemimpin yang memimpin dengan iman ketika memimpin tidak akan memikirkan manfaat atau keuntungan yang didapat olehnya atau golongannya, tapi bagaimana dia memimpin sesuai dengan apa yang telah disyariatkan oleh-Nya. Maka harus disadari bersama, pemimpin seperti ini tak akan lahir dalam demokrasi yang menihilkan ketaatan sempurna pada semua syariat-Nya dan mengkontakkan iman dalam ranah ibadah saja.
Pemimpin yang mempedulikan 200 perak hanya akan lahir di tengah manusia yang berhenti mengebiri Islam dan mengembalikannya sebagai aturan mutlak yang harus ditaati dalam kehidupan pribadi, masyarakat dan negara. Itulah kehidupan Islam dalam Khilafah Islamiyah yang dicontohkan Nabi Saw dan para sahabat. Itulah pemimpin sekaliber Khulafaur Rasyidin. Itulah pemimpin dan sistem kepemimpinan yang didamba rakyat dan dicinta malaikat, yang menebarkan rahmat di setiap sudut bumi serta selamat di dunia dan akhirat. Maka berharaplah dan perjuangkan keduanya, wahai Umat Muhammad!
Elda Widya I. K.
(Mahasiswa Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Unair)