Tarif Tol di Indonesia Termahal se-Asia Tenggara
Jakarta (SI Online) – Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi menuding pembangunan jalan tol Trans Jawa di era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) tidak memberikan efek positif bagi perekonomian rakyat.
Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi Suhendra Ratu Prawiranegara mengungkap, tarif tol trans Jawa yang terlampau mahal. Mahalnya tarif tol sudah dirasakan para pengusaha logistik. Sehingga, angkutan truk pembawa logistik kini telah berpindah kembali menggunakan jalan nasional.
“Tarif tol trans Jawa bisa mencapai Rp1,5 juta sampai Rp2 juta rupiah. Ini tentu membuat para pengusaha logistik menjerit. Mereka sudah lakukan protes kepada pemerintah. Pemerintah melalui kementerian yang berwenang berupaya merevisi besaran tarif. Ini bukti pemerintah mengakui tarif tol Trans Jawa kemahalan,” kata Suhendra dalam pernyataan pers Media Center Prabowo-Sandi, Kamis (07/02/2019), seperti dilansir Bisnis.com.
Suhendra menegaskan, tarif tol di Indonesia merupakan tarif tol termahal di Asia Tenggara. Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum 2005-2009 ini merinci rata-rata tarif tol di Indonesia berkisar Rp1.300 hingga Rp1.500 per kilometer.
Sementara itu di negara-negara tetangga, seperti Singapura Rp778/km, Malaysia Rp492/km, Thailand dalam kisaran Rp440/km, Vietnam dalam kisaran Rp1.200/km, dan Filipina Rp1.050/km.
“Dengan merujuk fakta dan angka diatas, bukan hal yang aneh jika para pengguna jalan tol di Indonesia protes atas tarif tol yang mahal,” ungkap dia.
Tak hanya bertarif mahal, papar dia, pembangunan tol trans Jawa telah mengakuisisi lahan-lahan produktif pertanian dan perkebunan. Baik itu lahan milik perorangan atau milik korporasi, bahkan ada lahan produktif milik BUMN.
“Jika yang terkena adalah lahan produktif pertanian atau sawah, tentu akan berdampak pada produksi padi di daerah setempat,” katanya.
Selain itu, dampak negatif pembangunan tol Trans Jawa juga mulai dirasakan UMKM di wilayah Pantura Jawa. Sejumlah UMKM di kota-kota sepanjang jalur pantura perlahan-lahan mati suri.
“Saya mendengar testimoni dari para pengusaha batik di Pekalongan, mereka sudah banyak mengeluh karena omset menurun sejak tol Trans Jawa beroperasi tersambung. Keluhan semacam ini merupakan koreksi dan kritik atas kebijakan pemerintah dalam mengunggulkan infrastruktur khususnya jalan tol,” tuturnya.
red: A Syakira