Merenungi Makna Kemerdekaan
Secara individual, seseorang dikatakan merdeka jika ia telah mampu menemukan jatidirinya sebagai hamba dari Sang Pencipta jagad raya ini. Penemuan jatidiri ini dilakukan dengan melakukan perenungan terhadap dirinya, terhadap kehidupan yang melekat pada dirinya, serta perenungan terhadap bumi dan alam semesta yang ia tempati.
Perenungan ini akan sampai pada kesimpulan bahwa di balik dirinya, dibalik kehidupan yang melekat pada dirinya, dibalik alam semesta, ada Pencipta yang menciptakan dirinya, menciptakan alam semesta dan menciptakan kehidupan.
Ia akan menyadari hidup di dunia tidak abadi. Ada kehidupan lain setelah kehidupan dunia untuk dibalasi setiap perbuatannya di dunia. Jika ia tunduk dengan aturan Sang Pencipta ia akan dibalasi dengan surga yang abadi. Sebaliknya jika ia ingkar atau tidak tunduk pada aturan Sang Pencipta akan dibalasi dengan neraka yang siksanya sangat memilukan hati.
Oleh karena itu dalam kehidupan di dunia, ia akan menyerahkan dirinya rela diatur oleh Sang Pencipta. Ia yakin bahwa dalam setiap aturan dari Sang Pencipta pasti membawa kemaslahatan baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya dia juga yakin bahwa ketika menyelisihi aturanNya akan membawa keburukan baik di dunia maupun akhirat.
Jika seseorang sudah sampai pada tahapan ini ia akan memiliki kesadaran tentang hubungannnya dengan Allah kapanpun dan di manapun ia berada. Dalam hal ibadah ia akan menjadi hamba yang rajin beribadah dengan khusyu, melakukan sholat, puasa, membayar zakat, qiyamul lail dan seterusnya. Dalam hal muamalah ia tidak akan melakukan korupsi, tidak bersentuhan dengan narkoba baik sebagai pemakai maupun pengedar, tidak melakukan riba, tidak menipu rakyat ketika ia jadi pemimpin, tidak mengambil hak yang bukan miliknya dan seterusnya.
Ia memiliki karakter mulia, terbebas dari segala bentuk penghambaan oleh hawa nafsunya atau penghambaan kepada sesama manusia. Penghambaannya murni untuk Tuhannya.
Pribadi yang seperti ini akan melahirkan sikap hidup untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Karena hidup baginya adalah ujian untuk menguji siapa diantara mereka yang paling baik amalnya. Pribadi-pribadi seperti inilah yang akan mengukir peradaban emas dunia. Inilah makna kemerdekaan hakiki.
Betapa banyak contoh generasi terdahulu yang memilki karakter mulia itu. Bilal bin Rabah, misalnya. Ia rela disiksa dan ditindih batu oleh tuannya di tengah terik matahari padang pasir tanpa pakaian karena Bilal hanya ingin menghamba pada Allah dan menolak menghamba kepada sesama manusia (Tuannya).