Taubat Semesta
Ramadhan kembali menghampiri kita. Tidak seperti tahun sebelumnya, kali ini kita menjumpai Ramadhan di tengah pandemi Covid-19. Namun justru kondisi seperti ini kita perlu meningkatkan keimanan kita dengan bertaubat dan taat. Mari kita renungkan kondisi saat ini.
Pandemi covid-19 yang sudah hampir dua bulan berada di negeri kita telah mengubah segala hal. Kecepatan penyebarannya mengharuskan kita melakukan beberapa prosedur pencegahan penularan virus. Di antaranya adalah mencuci tangan pakai air dan sabun, menggunakan masker saat di luar rumah, menjaga jarak atau physicall distancing dan stay at home.
Prosedur yang paling terasa dampaknya adalah mengurangi keluar rumah, atau di rumah saja. Segala aktifitas akhirnya dilaksanakan di rumah saja. Sekolah dan bekerja juga dari rumah. Untuk ASN dan pegawai BUMN, atau perusahaan yang besar dan kuat, mampu merumahkan pegawai dan tetap membayar gaji mereka. Namun tak sedikit perusahaan atau kantor yang merumahkan sekaligus memecat para pegawainya. Arus PHK menderas di tengah wabah.
Ketika yang tadinya bekerja menjadi pengangguran, mencoba peruntungan dengan ojek online pun ternyata tak merubah kondisi kekurangan yang ada. Stay at home membuat jumlah pengguna jasa ojol menurun drastis. Mencoba berdagang, tak ada modal, juga sepinya pembeli yang terkadang membuat rugi pedagang.
Situasi semakin mencekam ketika Menkumham mengeluarkan kebijakan untuk melepaskan 30.000 lebih narapidana. Para napi dilepaskan untuk mencegah penularan di dalam sel. Padahal covid hanya alibi untuk menutupi maksud memangkas anggaran operasional rumah tahanan.
Narapidana dilepaskan begitu saja, tanpa jaminan mendapat pekerjaan yang layak untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup. Tak ada pula paket penyangga hidup sementara sebelum mendapat pekerjaan yang layak. Akhirnya, banyak napi kembali menggeluti profesi yang menyebabkannya terjerumus ke penjara. Ada yang jadi bandar narkoba, maling kendaraan, copet dan jambret. Masyarakat terpaksa meningkatkan kewaspadaannya, selain waspada covid ditambah waspada kriminalitas.
Yang di PHK dan napi yang dibebaskan sama-sama tak mampu mencukupi kebutuhan hidup. Sementara negara tak hadir melayani rakyat, justru lebih memikirkan para kapital. Dana Rp405,1 triliun lebih banyak porsi untuk membayarkan pajak para pengusaha juga membiayai program kartu pra kerja. Program yang sebenarnya salah satu janji kampanye Pak Presiden.
Mari beralih pada petugas medis yang berperang secara nyata di garda terdepan. Sungguh suatu perang yang tak seimbang. Di tengah gempuran virus covid yang menyembur dari batuk dan bersin pasien, banyak tenaga kesehatan yang tak memakai alat pelindung diri sesuai standar. Ada jas hujan yang menemani tugasnya, sembari menunggu bantuan APD dari masyarakat yang berinisiatif membuatkan APD secara mandiri. Menkeu justru mengekspor APD ke Eropa, padahal kebutuhan dalam negeri belum terpenuhi.