Tuan Penguasa! Kematian Nakes Tinggi, Adakah Solusi?
Kasus positif Covid-19 harian di Indonesia memecahkan rekor. Per 8 Januari 2021 tercatat ada 10.617 pasien positif. Angka tersebut menambah total kasus positif di Indonesia menjadi 808.340 kasus. Sementara itu, sejak hampir setahun wabah melanda, total kasus kematian mencapai 23.753 orang, termasuk angka kematian tenaga medis dan kesehatan. (tirto.id, 8/1/2021).
Kasus kematian tenaga medis dan kesehatan (nakes) di Indonesia tercatat paling tinggi di Asia. Bahkan kasus kematian nakes di Indonesia tertinggi kelima di dunia. Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi menyebut, sejak Maret hingga akhir Desember 2020 tercatat total 504 tenaga medis dan kesehatan wafat akibat terinfeksi Covid-19.
Menurut Adiib, meningkatnya jumlah kematian nakes merupakan dampak dari akumulasi aktivitas dan mobilitas publik. Mulai dari liburan, pilkada hingga aktivitas berkumpul bersama teman dan keluarga yang tidak serumah. (kompas.com, 2/1/2021).
Tingginya angka kematian tenaga kesehatan (nakes) tidak hanya mengundang keprihatinan publik. Namun juga kerugian serius di bidang kesehatan yang tidak sedikit. Sebab merekalah sejatinya pejuang terdepan melawan Covid-19. Publik pun dibuat ketar-ketir. Semakin banyak nakes yang meninggal karena Covid-19, semakin banyak pula pasien terancam tak mendapatkan layanan kesehatan publik.
Kondisi ini pun dapat bertambah buruk. Mengingat jumlah dokter dan pasien yang tidak sebanding. Pakar epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengungkap, data Bank Dunia mencatat jumlah dokter di Indonesia terendah kedua se-Asia Tenggara, yakni sebesar 0.4 dokter per seribu penduduk. Artinya kehilangan seratus dokter sama dengan 250.000 penduduk tidak punya dokter. (kompas.com, 31/8/2020).
Tingginya kematian nakes menjadi konsekuensi penerapan sistem kapitalisme. Paradigma kapitalisme yang berorientasi materi memunculkan tuan-tuan penguasa yang berotak bisnis. Sebab alih-alih mati-matian menghentikan pandemi. Tuan penguasa justru mati-matian melayani kepentingan cukong kapitalis. Terbukti mulai dari tarik-ulur lockdown, penerapan PSBB setengah hati hingga new normal yang prematur. Semua itu sarat kepentingan bisnis cukong kapitalis.