Demokrasi dan Vaksinasi COVID-19
Dunia bergembira karena awal 2021, sejumlah vaksin COVID-19 sudah beredar luas. Namun sayangnya imunitas global masih jauh dari terwujud.
Kasus COVID-19 makin bertambah dan belum menunjukan tanda yang mereda seiring ditemukannya varian baru COVID-19. Penambahan kasus baru dunia harian 5 Januari 2021 sebesar 542.399 meningkat dibandingkan 1 Desember 2020 sebesar 453.170 kasus baru.
Bagaimana ekonomi politik dari Vaksin COVID-19 terutama empat vaksin yang kini sudah tersebar di dunia yaitu Pfizer-Biontech, Oxford-Astrazeneca, Sputnik V, dan Sinopharm-sinovac? Apakah masyarakat dunia menerima keempatnya dengan antusias atau skeptis?
Kampanye vaksinasi massal sedang diluncurkan di seluruh dunia karena pemerintah dunia mencari cara untuk menahan penyebaran COVID-19.
Pfizer-Biontech (AS), Oxford-Astrazeneca (UK), Sputnik V (Rusia), dan Sinopharm-sinovac (China) adalah salah satu vaksin resmi yang didistribusikan di beberapa negara.
Namun Rusia, India, dan China telah dikritik karena terburu-buru proses persetujuan vaksin mereka, dan beberapa orang tetap skeptis untuk divaksinasi.
Secara kesehatan, perusahaan yang memiliki vaksin tersebut berupaya serius mendapatkan pasar vaksin di negara-negara padat penduduk namun upaya tersebut tidak dibarengi dengan alasan scientis dan ilmiah yang memadai.
Seiring dengan negara-negara yang lebih kaya memperluas upaya imunisasi mereka, banyak negara berkembang yang berjuang dengan pandemi masih menunggu antiran vaksin dari negara kaya.