Darurat Politisi Bervisi Akhirat
“Mankind will never see an end of trouble until lovers of wisdom come to hold political power, or the holders of power become lovers of wisdom.” ~ Plato ~
Kasus kudeta partai politik baru-baru ini mengejutkan bagi dunia perpolitikan di Indonesia. Sebuah pertunjukkan perebutan kekuasaan yang vulgar dan tidak mencerminkan adat istiadat ketimuran orang Indonesia. Tudingan yang dibantah sebelumnya malah dilakukan sendiri oleh yang membantahnya, sebuah kebohongan yang nyaris sempurna.
Kita prihatin terhadap kondisi ini terlepas dari kepentingan rivalitas politik diantara yang bertikai di dalam partai tersebut. Nilai-nilai kesantunan dan kejujuran sangat telanjang diterabas oleh para pelaku kudeta. Ini merupakan kondisi darurat bagi sistem politik di Indonesia dan akan menjadi preseden buruk bagi generasi politisi masa depan bangsa ini.
Apalagi citra buruk politisi sudah semakin buruk sebelum adanya kudeta yang disebutkan di atas. Data korupsi yang dirilis KPK beberapa kali menyatakan bahwa sekitar 60 persen pelaku korupsi merupakan para politisi yang duduk di DPR, DPRD maupun eksekutif di daerah dan pusat. Angka ini sebenarnya fenomena gunung es dimana jumlah faktual yang melakukan korupsi sebenarnya lebih besar dari yang tertangkap. Selain prilaku koruptif, prilaku menyimpang lainnya juga tak luput dari para politisi yang sedang menjabat seperti abuse of power, kolusi dan nepotisme maupun prilaku kemaksiatan seperti perselingkuhan, narkoba dan minuman keras.
Tentunya dengan prilaku para politisi yang disebutkan di atas menyulitkan Indonesia untuk menjadi negara yang sejahtera lahir dan batin atau negara yang baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur. Untuk memperbaiki kondisi Indonesia, maka dibutuhkan para politisi dengan karakter yang berbeda dari kebanyakan politisi yang sudah ada saat ini.
Karakter politisi yang bisa merubah kondisi Indonesia saat ini haruslah politisi yang mempunyai visi kehidupan akhirat. Karena visi akhirat akan dapat melawan karakter politisi yang bermental buruk. Politisi bervisi akhirat akan menjadi solusi bagi banyaknya permasalahan bangsa Indonesia pada saat ini.
Salah satu dimensi keimanan yang sangat kuat mengarahkan visi kehidupan seorang manusia di dunia ini adalah keimanan kepada hari akhir. Kesuksesan dalam kehidupan akhirat menjadi visi hidup yang paling utama bagi manusia yang mengaku beriman kepada Allah SWT. Orang yang hanya mengejar kesuksesan duniawi semata menandakan ketiadaan atau minimnya iman kepada Allah SWT.
Oleh sebab itu, visi hidup yang hanya berorientasi akhirat menjadi sesuatu yang harus tertanam bagi setiap insan yang mengaku beriman kepada Allah SWT. Kesuksesan di alam akhirat nanti akan sangat ditentukan dengan perbuatan manusia selama berada di dunia sebagai tempat bercocok tanam (amal shaleh).
Jika para politisi mempunyai visi akhirat yang kuat, maka kecil kemungkinan penyimpangan jabatan akan dilakukan. Untuk mempunyai visi akhirat yang kuat tentunya bukan hanya semata bisa diraih hanya dengan niat dalam hati tapi harus ada pengetahuan yang baik tentang kehidupan setelah kematian dan mengetahui konsekuensi konsekuensi akhirat dari perbuatan hidup selama di dunia.
Setelah pengetahuan yang cukup tentang kehidupan setelah kematian, maka perbuatan-perbuatan yang dilakukan selalunya mengarah pada “investasi” akhirat dimana kesadaran bahwa di dunia hanya tempat menanam dan akhirat adalah tempat memanen hasil sangat terinternalisasi dalam setiap kata dan perbuatan para politisi yang bervisi akhirat tadi.