REMAJA

Sudahkah Menyiapkan Bekal Akhiratmu?

Bersyukur… Itulah hal yang sering kita lakukan mengingat sampai hari ini kita masih diberikan kesempatan untuk hidup. Eh, ngomongin soal hidup, pernah terlintas nggak sih di pikiran kita, berapa lama waktu kita hidup di bumi ini? Perasaan baru kemarin ganti tahun, eh, sekarang tiba-tiba udah pertengahan tahun. Ngerasa ga sih kalau waktu itu cepet banget?

Seiring berlalunya waktu, mungkin kita pernah berpikir, hidup di dunia ini tujuannya apa sih? Pasti macam-macam deh jawabannya. Ada yang fokus beribadah. Tapi gak sedikit juga lho yang hanya mengejar materi dan kekayaan dunia yang bersifat fana. Padahal akhirat lebih utama dari dunia. Kalau hidup fokus dunia saja, ya kita rugi banget Sob.

Dari Ibnu Umar r.a beliau berkata, bahwa Rasulullah Saw memegang bahu beliau lalu berkata:

كن في الدنيا كأنك غريبٌ، أو عابر سبيلٍ

“Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara” lalu Ibn Umar r.a berkata: Jika engkau telah berada di waktu petang, maka janganlah dinantikan waktu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, maka janganlah dinantikan waktu petang. Pergunakanlah waktu sihatmu sebelum sakit & waktu hidup sebelum mati.” (H.R Imam Bukhari)

Jika kita mencoba untuk merenungkan keberadaan kita di atas bumi Allah ini, maka kehidupan kita hanya seperti ruang tunggu. Artinya kehidupan kita ini hanya sebatas perantauan bak orang asing yang sedang lewat karena semuanya akan kembali bermuara ke akhirat yang sifatnya abadi. So, kita di dunia beneran ga lama Sob.

Suatu hari Ibn Mas’ud datang menemui Rasulullah Saw dan saat itu beliau tidur di atas tikar yang lusuh hingga pola anyaman tikar itu membekas di pipi beliau. Kemudian Ibn Mas’ud menawarkan sebuah kasur pada beliau, lalu apa jawaban beliau?

“Ada kecintaan apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengendara yang mencari teteduhan di bawah pohon, lalu beristirahat kemudian meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi)

Hidup di dunia bisa diibaratkan seperti safar. Coba aja kita perhatikan orang yang safar. Pasti mereka ingin segera sampai ditempat tujuan. Mana mungkin nyaman berlama-lama dalam perjalanan. Pastinya selalu ingin segera pulang ke rumah, dan  berkumpul lagi dengan keluarganya. Karena dia tau apa yang dijumpainya selama safar itu hanya bersifat sementara dan akan ditinggalkannya.

Demikian juga dengan kita. Keberadaan kita di dunia ini hanyalah sementara karena tempat kita yang abadi adalah alam akhirat. Ibarat seperti seorang musafir yang sedang dalam perjalanan menuju tempat peristirahatan (kampungnya). Bagi setiap muslim, dunia dan segala seisinya adalah cobaan serta ujian. Apakah kita mampu terperdaya di dalamnya? Ataukah kita mampu mensiasatinya secara bijaksana?

Kehidupan ini hanyalah peta jalan bagi kita menuju tempat kembali yang hakiki. Artinya, apa yang kita upayakan di dunia akan menentukan seperti apa yang nanti akan kita tempati. Namun bukan berarti kita mengabaikan kehidupan fana ini.

Kita tetap dituntut untuk mengaktualisasikan diri kita sebagaimana amanah Allah kepada manusia untuk mengelola bumi sebagai khalifah fil ardh. Hanya saja kita ga boleh mengikat diri kita dengan dunia. Sebagaimana doa yang diucapkan oleh Khalifah Abu Bakar; “Yaa Allah, jadikanlah dunia di tangan kami bukan di hati kami.”

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button