Mungkinkah Menaklukkan Israel tanpa Perang?
Setelah berjuang bertahun-tahun dengan senjata, nampaknya Hamas akan mengubah strateginya. Menaklukkan Israel dengan lobi dan dakwah. Yahudi Israel adalah manusia. Selama ia manusia, maka ia bisa berubah menjadi baik.
Ada pepatah Jawa menyatakan, menang tanpa ngasorake. Menang tanpa menghinakan. Ahli perang Cina, Sun Tzu menyatakan Kepung Wei untuk menyelamatkan Zhao. Ketika musuh terlalu kuat untuk diserang, seranglah sesuatu yang berharga yang dimilikinya. Ketahui bahwa musuh tidak selalu kuat di semua hal. Entah dimana, pasti ada celah di antara senjatanya, kelemahan pasti dapat diserang.
Batu yang keras, ‘ditetesi air’ terus menerus akan berlubang juga. Mereka yang berperangai keras, janganlah dilawan dengan keras juga. Tapi lawanlah dengan kelembutan, maka kelembutan itu akan melunakkan perangai kerasnya. Kepada Nabi Musa Allah SWT memerintahkan, ”Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (QS Thaha 44)
Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, para pahlawan selain menggunakan senjata, juga menggunakan jalur lobi (perdamaian). Di antara pendekar-pendekar lobi terkenal, adalah Agus Salim dan Mohammad Roem. Keduanya sering membuat Belanda takluk karena jagoan keduanya dalam berdiplomasi.
***
Kata Yahudi diambil menurut salah satu marga dari 12 leluhur suku Israel yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda. Yehuda ini adalah salah satu dari 12 putra Yakub, seorang Nabi yang hidup sekitar abad 18 SM dan bergelar Israil. Seluruh turunan dari 12 putera Yakub (Israel) itu dikenal dengan sebutan Bani Israel (yang keturunan langsung Israel) selanjutnya berkembang menjadi besar dinamakan menjadi suku Israel.
Sesudah berabad-abad turunan Yahudi berkembang menjadi bagian yang dominan dan mayoritas dari Bani Israel, sehingga sebutan Yahudi tidak hanya mengacu kepada orang-orang dari turunan Yahuda, tetapi mengacu kepada segenap turunan dari Israel (Yakub).
Pada awalnya bangsa Yahudi hanya terdiri dari satu kelompok keluarga diantara banyak kelompok keluarga yang hidup di tanah Kan’an pada abad 18 SM. Pada saat terjadi bencana kelaparan di Kan’an mereka pergi untuk mencari makan ke Mesir, yang memiliki persediaan makanan yang cukup berkat peran serta Nabi Yusuf. Karena kedudukan Nabi Yusuf yang tinggi di Dinasti Hyksos, Mesir, seluruh anggota keluarga Yakub diterima dengan baik di Mesir dan bahkan diberi lahan pertanian di bagian timur laut Mesir.
Pada akhirnya keseluruhan bangsa Israel, tanpa memandang warga negara atau tanah airnya, disebut sebagai orang-orang Yahudi dan begitu pula semua penganut ajarannya disebut dengan nama yang sama pula.
Halakha, atau hukum-hukum agama Yahudi, mendefinisikan Yahudi sebagai :
- Suku Bangsa Yahudi, suku bangsa ini terbagi lagi menjadi dua yaitu :
a. Seorang anak yang terlahir dari ayah dan ibu Yahudi disebut Yahudi asli.
b. Seorang anak yang terlahir dari ayah Yahudi dan ibu dari bangsa lain, disebut Yahudi campuran. Kelompok Yahudi ini termasuk ke dalam kategori Yahudi Kelas Dua. - Seorang yang memeluk agama Yahudi menurut hukum-hukum Yahudi. Definisi ini diwajibkan oleh Talmud, sumber-sumber tidak tertulis yang menerangkan Taurat, kitab suci asal hukum-hukum Yahudi (lima kitab pertama kitab Tarikh atau Perjanjian Lama). Menurut Talmud definisi ini dipegang sejak pemberian Sepuluh Perintah Allah di Gunung Sinai kira-kira 3500 tahun dahulu kepada Nabi Musa. Sejarawan Yahudi non Ortodoks berkeyakinan bahwa definisi ini tidak diikuti sehingga tidak lama berlakunya. Namun ia mengaku bahwa definisi ini digunakan sekurang-kurangnya 2000 tahun sampai saat ini.
Pada akhir abad ke-20, dua kumpulan Yahudi (terutama di Amerika) yang liberal dari segi teologi, Yahudi Reformasi dan Yahudi Rekontruksi sudah membenarkan orang yang tidak memenuhi kriteria tersebut untuk menyebut diri mereka sebagai orang Yahudi. Mereka tidak lagi mewajibkan orang untuk memeluk agama tersebut demi memenuhi adat istiadat pemeluk tradisional dan mereka menganggap seseorang sebagai Yahudi jika ibu mereka bukan seorang Yahudi, asalkan berayah Yahudi. (lihat buku Dahsyatnya Mukjizat Al Aqsha karya Himatul Jannah Sa’adiah).
***