Merenungi Makna Surat al Mulk (1)
Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, ”Sesungguhnya di dalam Al-Qur’an terdapat suatu surat berisikan tiga puluh ayat. Ia dapat memberi syafaat bagi pembacanya hingga ia mendapat ampunan, yaitu Tabaarakal ladzii biyadihil mulku (al Mulk).” (HR Ahmad dari Abu Hurairah).
Rasululah juga mengatakan, ”Ada suatu surat yang membela pembacanya hingga memasukkannya ke dalam surga, yaitu Tabaarakal ladzii biyadihil mulku.” (HR Thabrani dari Anas)
Ayat pertama dari surat al Mulk ini adalah:
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,” (Al Mulk 1)
Ya di tangan Allah semua kerajaan, semua kekuasaan. Itulah memang hakikatnya. Karena semua kejadian di langit dan bumi diketahui Allah dan Allah tidak bergantung waktu. Beda dengan manusia, bagi Allah masa lalu, masa kini dan masa depan sama saja. Maka bila manusia diberikan amanah kekuasaan, jangan sampai ia mengkhianatinya. Jangan sampai ia menggunakannya untuk kemakmuran diri, keluarga, golongan dan partainya saja. Sewaktu-waktu Allah dapat menghinakan atau memuliakan para penguasa itu.
Firman Allah, “Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS Ali Imran 26)
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” (al Mulk 2)
Sekecil apapun lingkupnya kita adalah penguasa. Penguasa rumah tangga, lingkungan kerja, masyarakat, negara atau mungkin ada yang jadi penguasa dunia. Maka ketika jadi penguasa, jadilah penguasa yang terbaik. Jadilah penguasa teladan. Sehingga masyarakat mau nurut terhadap perintahmu. Penguasa yang mementingkan kepentingan sendiri atau golongannya, maka masyarakat enggan untuk nuruti kebijakannya. Rasulullah bersabda, “Dengarkanlah, apakah kalian telah mendengar bahwa sepeninggalku akan ada para pemimpin? Siapa yang masuk kepada mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan menyokong kezaliman mereka, maka dia bukan golonganku, aku juga bukan golongannya. Dia juga tak akan menemuiku di telaga.” [HR. al-Tirmidzi, al-Nasai dan al-Hakim].
Dari Abu Hurairah dari Nabi saw (diriwayatkan) beliau bersabda, “Ada tujuh golongan yang Allah melindungi mereka dalam lindungan-Nya pada hari kiamat, di hari ketika tiada perlindungan selain perlindungan-Nya, yaitu; imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, seseorang yang senantiasa mengingat Allah saat sendiri sehingga matanya berlinang, seseorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, seseorang yang diajak berkencan oleh wanita bangsawan dan rupawan, namun ia menjawab; ‘Saya takut kepada Allah’, serta seseorang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak tahu menahu terhadap amalan tangan kanannya.” [HR. al-Bukhari].
Sementara itu, Allah SWT berfirman, “Wahai Dawud. Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS Shaad 26).