Afghanistan dan Narasi Perang Melawan Terorisme
Meski kemenangan Taliban mulai diakui banyak pihak, namun terus diopinikan agar waspada atas pemanfaatan situasi ini oleh kelompok radikal.
Dibutuhkan ke hati-hatian kita dalam menyikapi perkara Afganistan, pertama bahwa apa yang terjadi di Afganistan ini tidak terlepas dari pengaruh intervensi tirani AS, yang akhirnya mengaku mundur setelah ribuan tentara AS mati dalam perang melawan Taliban.
Sebenarnya dalam rekam jejak politik barat mereka tidak pernah mengenal kekalahan, maka wajar jika kita mencurigai akan ada konspirasi baru dalam pengakuan angkat tangan atas Afganistan.
Kedua, bahwa ada dua kemungkinan kemenangan Taliban dalam mengusir tentara asing di Afghanistan, yakni bisa berdasarkan negosiasi beberapa pihak yang berkepentingan, atau mutlak atas kehendak Allah yang meridhoi kemenangan Taliban dalam mengusir penjajah Asing di Afghanistan.
Disisi lain, dunia barat mulai gelisah tak terkecuali Indonesia. Banyaknya narasi-narasi yang muncul pasca menangnya Taliban, bisa jadi dunia resah atas kekalahan barat dimana selama ini telah menjadi negara adidaya.
Kuatir paham dan syiar kemenangan kaum muslimin di sana akan mempengaruhi gejolak politik di dunia khususnya di Indonesia, hingga opini-opini radikalisme, dan terorisme kian menjamur saat ini.
Dianggap akan muncul pihak yg menggunakan isu Taliban untuk terus mengangkat narasi radikalisme dan negara Islam. Inilah bukti nyata perang global melawan teror tidak lain adalah perang global melawan setiap geliat penerapan syariat secara formal.
Jika itu terus terjadi, maka bisa kita katakan AS masih mempunyai kepentingan khusus dalam memonterisasi ajaran Islam seperti jihad disana, apalagi media-media saat ini masih dikuasai barat. Maka narasi terorisme dan radikalisme akan terus menggerogoti perjuangan kaum muslimin.
Bagaimanapun musuh-musuh Allah tak akan pernah tidur hanya untuk memikirkan kehancuran kaum muslimin. Sama halnya di zaman Rasulullah, dimana orang-orang Quraisy selalu menyebarkan Isu negatif dan berbagai bentuk syubhat terhadap ajaran yang dibawa Rasulullah.
Ketika mereka merasa lemah menghadapi kaum Muslimin dengan peperangan, maka musuh-musuh itu mencoba mencari cara lain, yaitu dengan menyebarkan propaganda, pemikiran-pemikiran yang merusak dan menyesatkan ke berbagai penjuru. Mereka melakukannya dengan tipu daya.
Allah SWT berfirman, “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayanya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (At Taubah:32)
Termasuk di antara makar dan tipu daya mereka, yaitu tentang HAM (Hak Asasi Manusia). Padahal, Islam sendiri, sebenarnya lebih dahulu melindungi hak asasi manusia dan bukan agama yang lain. Allah yang menciptakan manusia, maka Allah jugalah yang akan melindungi hak asasi itu, dengan syarat, seseorang itu mau beriman kepada Allah dan kepada rasul-rasul-Nya.
Bagaimanapun, kita ingin menghentikan pertikaian terhadap sesama kaum muslimin di dunia. Emansipasi atau kebebasan bagi kaum wanita. Kebebasan keluar rumah dengan membuka aurat, bekerja diluar rumah tanpa ada kebutuhan yang diperbolehkan syariat, sehingga anak-anaknya ditelantarkan, tanggung jawab sebagai istri dan ibu rumah tangga diabaikan.