Tawakal Bukan Berarti Tidak Usaha
Dalam kehidupan, pasti setiap manusia sering menghadapi berbagai macam tantangan yang menguji keimanan dan kesabarannya, dari yang kecil sampai yang besar. Bahkan, tak jarang setelah berusaha semaksimal mungkin, kita harus menerima kegagalan yang tidak sesuai dengan harapan, tentu hal ini berpotensi menggiring manusia pada keputusasaan dalam setiap perbuatannya.
Tentunya kita sadar bahwa manusia adalah makhluk yang serba kekurangan, kegagalan adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Itulah mengapa kita memerlukan tempat bersandar yang sempurna, yaitu Allah, Dia yang mengetahui apa yang lebih baik bagi hamba-Nya.
Islam mengajarkan umat muslim agar selalu menerapkan tawakal dalam kehidupan sehari-hari. Sifat tawakal ini penting untuk dimiliki seorang muslim. Jika demikian, apa itu tawakal?
Tawakal adalah berserah diri kepada Allah. Setiap hamba yang mengaku beriman, maka dia wajib bertawakal kepada Allah dalam setiap urusannya, aktivitas tawakal tidak hanya diucapkan secara lisan, tetapi juga harus diyakini dengan hati dan perbuatan.
Pentingnya sikap tawakal adalah karena berkaitan dengan masalah akidah, dimana kita harus yakin bahwa Allah adalah satu-satunya standar ketika menolak dan memutuskan suatu perbuatan. Seorang muslim yang memahami konsep tawakal dengan benar, maka dia akan menjadi pribadi yang gigih dan ikhlas.
Selain itu, tawakal juga berkaitan dengan keimanan. Dalam rukun iman yang ke enam, yakni qadha qadar Allah, ada area yang menguasa manusia (qadha) dan ada area yang dikuasai manusia (Ikhtiar atau usaha). Dua hal ini tidak boleh ditinggalkan seorang muslim ketika berbuat, tidak boleh salah satunya. Sehingga ketika gagal kita tidak akan mudah berputus asa.
Sebagaimana yang disebutkan dalam QS. At-Taubah ayat 51, Allah berfirman: “Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.” Dalam ayat ini, dijelaskan pula bahwa segala sesuatu itu terjadi atas izin Allah. Maka, apabila ada hal yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan kita, percayalah bahwa itu adalah ketetapan terbaik dari Allah.
Dengan memercayai segala ketetapan Allah, kita harus ingat bahwa sikap tawakal bukan berarti melarang manusia untuk mempunyai cita-cita, karena secara naluriah manusia memiliki cita-cita dan azimah (keinginan kuat) untuk mencapainya. Hanya saja, tawakal disini mengharuskan kita untuk berusaha semaksimal mungkin, sedangkan hasilnya serahkan kepada Allah.
Tawakal bukan berarti tidak usaha sama sekali, melainkan kita harus berusaha terlebih dahulu. Sehingga, konsep tawakal yang benar adalah selalu berserah diri dengan tidak meninggalkan kaidah kausalitas atau sebab-akibat dari suatu perbuatan. Yakni sebelum, selama dan sesudah melakukan suatu hal.
Seperti yang dijelaskan dalam QS. Ali Imran ayat 159, Allah berkata: “Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.” Dengan keyakinan yang kuat, seorang hamba harus berusaha dengan sungguh-sungguh. Hasilnya serahkan kepada Allah yang Mahakuasa, apapun hasilnya itu yang terbaik.