Jubir IIA: AS Harus Tanggung Jawab Atas Kejahatannya di Masa Lalu
Kabul (SI Online) – Imarah Islam Afghanistan (IIA) mengutuk serangan pesawat tak berawak (drone) Amerika Serikat yang menewaskan 10 warga sipil Afghanistan bulan lalu.
IIA secara tegas mendesak AS untuk bertanggung jawab atas “pembunuhan dan penindasan” masa lalu mereka di negara ini.
“Ini bukan satu-satunya pelanggaran yang telah dilakukan AS. Sudah 20 tahun mereka membunuh warga sipil di Afghanistan,” ungkap Zabihullah Mujahid, Wakil Menteri Infirmasi dan Penyiaran IIA, saat berbicara dengan Grup Media China pada Ahad (19/09), seperti dilansir Ariana News.
Baca juga: AS Ngaku Serangan Drone Tak Kenai ISIS-K, tetapi Tewaskan 10 Warga Sipil
“Mereka telah menyerang rumah warga sipil beberapa kali, dan kecerobohan dan penganiayaan terbaru mereka terhadap orang-orang Afghanistan menyebabkan hilangnya 10 anggota keluarga, termasuk anak-anak, wanita, dan orang tua, setelah serangan udara di daerah perumahan,” kata Mujahid.
“AS harus bertanggung jawab atas tindakan masa lalu mereka dan bekerja sama dengan rakyat Afghanistan sebagai kompensasi atas pembunuhan dan penindasan di negara itu,” kata Jubir Taliban itu.
Mujahid juga mengomentari perpanjangan enam bulan Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) yang diadopsi pada hari Jumat.
Baca juga: DK PBB Perpanjang Misi Kemanusiaan di Afghanistan Selama Enam Bulan
“Kami optimis dengan perluasan kegiatan UNAMA, karena ini adalah badan PBB dan organisasi internasional. Afghanistan harus tetap menjadi pusat perhatian masyarakat internasional, dan dunia harus tetap bersama kami,” katanya.
Dia menegaskan kembali kesediaan negara untuk memiliki hubungan baik dengan masyarakat internasional.
“Masyarakat internasional seharusnya memiliki hubungan baik dengan kami, dan kami juga menginginkan hubungan afirmatif dengan dunia dalam kerangka kepentingan nasional kami, dan kami akan mengoordinasikan bantuan kemanusiaan dengan UNAMA, dan akan bekerja sama di bidang masalah hak asasi manusia,” tegas Mujahid.
Red: Agusdin/Ariana News