Ganjil, Peneror Ulama Kok (Selalu) Gila!
Peristiwa penembakan yang terjadi di Pinang, kota Tangerang (Sabtu, 18/09/21) masih menyisakkan tanya dan luka di hati publik. Pasalnya, pelaku yang sengaja menembak korban untuk sementara waktu disangka ODGJ.
Lagi, orang gila melakukan hal keji yang terlihat amat terlatih dan terencana. Sedang yang kita tahu, bukankah orang gila mereka yang tidak punya pertimbangan matang akan sikap dan langkahnya. Kalau toh benar gila, masa iya mampu kabur begitu cepat. Bersikap layaknya orang waras.
Lucunya pula, tak sedikit korban keganasan itu mengarah pada tokoh agama. Kita mencatat ada beberapa tempat yang sering terjadi mulai di Tangerang, Depok, Makasar, dan lainnya.
Kita ingat penusukkan pada mendiang Allahyarham Syekh Ali Jaber di Lampung dilakukan oleh pemuda ODGJ. Di Bandung seorang Ulama mengalami penganiayaan, dan baru-baru ini seorang Ustaz di Sumatra diserang saat mengisi kajian di depan jamaah ibu-ibu.
Hal demikian bukan satu kali kita ketahui. Tentu ini memberi ketakutan dan cemas di hati masyarakat. Benarkah pelaku yang ditangkap itu pelaku utamanya. Atau di belakang itu ada tokoh-tokoh sentral yang sengaja memanaskan ruang sosial demi tujuan semu. Terlebih menjelang momen berdarah di tahun ’65.
Satu pelaku ditangkap, muncul pelaku lain yang melakukan aksi vandal di wilayah lain. Entah bagaimana harus menjelaskan peta teror terhadap tokoh agama di negeri tecinta. Sebab faktanya, tak sedikit pelaku yang tertangkap bukan anggota aliran Islam yang radikal lagi ekstrem, seperti kita tahu telah jadi opini jelek di muka dunia terhadap marwah Islam.
Lalu, siapa pemburu teror para tokoh agama di berbagai tempat itu?
Adakah jaringan yang menggerakan secara nasional? Apa motif sebenarnya? Adakah kepanjangan tangan dari gerakan Islamofobia yang seharusnya sudah dicap teroris lagi anarkis. Ini masih jadi diskurus hangat di benak publik.
Sampai Pak Jusuf Kala ikut meradang mengomentari pembakaran mimbar Masjid di Makasar untuk tidak ada diskriminasi Ulama. Bisa jadi, itu reaksi atas hal yang mengiris hati beliau. Satu bulan ini media mengabarkan aksi kekerasan yang dilakukan pada tokoh agama. Bukankah keamanan dan kenyamanan warga negara telah dilindungi negara?
Tentu saja ini harus menjadi peringatan keras untuk pemangku negeri agar cacat di tengah masyarakat ini bisa segera terkuak. Penegak hukum tak lelah mencari dan menuntaskan kasus keji yang telah dan akan terjadi. Masyaraat siap membantu jika diperlukan.