#Lawan IslamofobiaNASIONAL

Rezim Jokowi Labeli Penceramah Radikal, YLBHI: Mirip Orba

Jakarta (SI Online)-Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Muhammad Isnur mengungkapkan, tindakan rezim Jokowi yang gemar memberi label dan stigma radikal serta hoaks adalah cara untuk membungkam pihak yang kritis seperti masa Orde Baru (Orba).

“Masa Orde Baru itu orang-orang kritis, orang-orang yang menyampaikan catatan dan masukan buat pemerintah, di mana itu bagian dari partisipasi publik, di mana pemerintah wajib menerima kritik, itu dicap berbagai label [dengan] berbagai stigma,” ujar Isnur, Senin (07/03/2022) seperti CNNIndonesia.com.

“Dituduh komunis, dituduh radikal kanan. Jadi Pancasila justru menjadi alat untuk membungkam,” lanjutnya.

Menurutnya ini bukan pertama kali terjadi, sebab saat masa Orde Baru, pemerintah juga menggunakan metode yang sama untuk membungkam lawan politik dan orang-orang kritis. Terutama, penggunaan definisi dan pasal-pasal karet.

“Kalau dulu ada UU Subversif, sekarang pun sama gitu, dengan tuduhan-tuduhan radikal, orang-orang ini dituduh sebagai kelompok radikal teroris,” ujar Isnur.

Padahal, menurutnya, dalam hukum pidana memiliki asas lex stricta atau tegas tanpa analogi. Artinya, asas itu berarti ketat dan tidak bersifat karet.

“Kalau karet dia akan menjadi alat untuk membungkam, dan kriminalisasi, maka jadi wajar banyak tuduhan kriminalisasi aktivis, kriminalisasi ulama. Itu banyak tuduhan karena karetnya definisi dan pasal yang digunakan pemerintah,” tuturnya.

Sedangkan, terkait dengan label hoaks atau berita bohong yang kerap diklaim pemerintah pun sebenarnya patut dipertanyakan. Menurutnya, label hoaks dari pemerintah pun harus bisa diuji kebenarannya.

“Kalau kemudian [label] hoaks itu adalah ranah [pemilik] kekuasaan berarti kekuasaan yang punya kebenaran, dan itu enggak benar. Kebenaran itu kan punya siapa? Kemudian diujinya bagaimana?,” tanya dia.

Lebih jauh, Isnur memaparkan bahwa sikap pemerintah ini dapat mendorong masyarakat untuk saling membenci dan saling tidak menyukai. Justru, menurutnya, kebencian antar masyarakat itu diciptakan oleh pemerintah sendiri.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button