Jokowi “Merem”, DPR “Mingkem”
Orang tidur pasti merem, tidak sadar. Tetapi “merem”-nya Jokowi tidak tidur, dalam kondisi sadar. Namun, seolah “ tak menyadarkan diri” dengan apa yang sedang terjadi.
Mendingan tidur merem-merem ayam untuk menganalogikan cara tidur ayam yang masih membuat orang sewaktu-waktu bisa tersadar, terjaga.
Apalagi sudah lewat malam menjelang fajar: ayam sendiri saja langsung berkokok menandai perubahan hari. Lah kesengajaan meremnya Jokowi sungguh membuat kita jadi geleng-geleng kepala.
Seorang Presiden yang dengan segala kekuatan kewenangannya, tertuang dalam hak-hak prerogatifnya, malah tak berbuat apa-apa dengan “kesalahan-kesalahan” orang-orang terdekat di sekelilingnya, baik di staf Istana Kepresidenan maupun di kabinetnya.
Aksi Moeldoko
Yang jelas yang seharusnya menohok mata hati kesadaran Jokowi, adalah peristiwa apa yang dilakukan oleh Moeldoko beberapa bulan lalu.
Masih melekat di benak ingatan kita, sebagai Kepala Staf Kepresidenan, orang yang sudah pasti paling dekat di Istana dengan Presiden, malah melakukan tindakan inkonstitusional.
Sungguh-sungguh tindakannya secara langsung, secara kasat mata sudah mencoreng mempermalukan wajah lembaga Kepresidenan sendiri.
Bak tim buru sergap, Moeldoko beserta tim pengusungnya yang dianggap orang-orang pendiri partai Demokrat, tapi termarjinalkan, tiba-tiba melakukan manuver politik dengan melakukan Munaslub Partai Demokrat tandingan di Deli Serdang.
Sekaligus, mendeklarasikan dirinya seolah satu-satunya orang yang paling sah menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.