Demo Mahasiswa, Ke Mana Bermuara?
Mahasiswa telah melakukan aksi besar-besaran juga pada Jumat, 1 April 2022 di ring I Istana Negara. Mereka memberi batas waktu kepada Presiden Jokowi untuk tampil memberikan pernyataan tegas menolak tiga periode atau perpanjang masa jabatan. Mereka juga, mengancam akan turun jalan kembali pada 11 April jika Jokowi tidak segera memberikan pernyataan menolak perpanjangan jabatan.
Selain mununtut presiden memberikan pernyataan bahwa menolak perpanjangan masa jabatan, mahasiswa juga menuntut beberapa hal. Tuntutan tersebut antara lain sebagai berikut: Menunda pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), menyatabilkan harga bahan pokok, usut mafia minyak goreng, menuntut penyelesaian konflik agraria, dan menuntut Jokowi menyelesaikan janji kampanye. (www.suara.com)
Memang, kondisi pemerintahan presiden Jokowi nampaknya masih sangat jauh dari harapan. Banyak janji yang tidak tertunaikan, bahkan muncul banyak problematika yang semakin susah terselesaikan. Menyerahnya pemerintah kepada mafia minyak menjadi salah satu contoh nyata, bagaimana mungkin penguasa tak berusaha memenangkan rakyat. Berkenaan dengan janji kampanye, nampaknya banyak yang sekedar mejadi pemanis kampanye.
Para netizen juga nampak makin gencar mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mundur dari jabatannya. Hal itu terlihat dari tagar ‘Kita Sambut Jokowi Turun’ yang baru-baru ini trending di media sosial Twitter Indonesia. Sama seperti tagar-tagar sebelumnya, para netizen melontarkan cuitan-cuitan yang isinya desakan agar Jokowi mundur dari jabatannya sebagai presiden.
Pergerakan mahasiswa nampaknya telah menggerakkan opini perubahan di masyarakat. Maka, patutlah memberikan apresiasi terhadap mahasiswa yang bergerak untuk menuntut adanya perubahan. Demonstrasi ini sekaligus mengingatkan kita pada aksi mahasiswa tahun 1998. Saat itu, mereka menuntut reformasi hingga akhirnya Soeharto lengser. Ribuan mahasiswa dari berbagai kota membuat Jakarta memanas, hingga gedung MPR-DPR dikuasai oleh mahasiswa. Bertolak dari pergerakan ini lahirlah reformasi, era baru bagi Indonesia.
Namun, setelah bertahun-tahun era reformasi ternyata kondisi Indonesia tak jauh berbeda. Memang ada sedikit perubahan keterbukaan informasi berupa kebebasan pers di Era Presiden SBY. Namun, nampaknya kebebasan pers semakin ke sini semakin bebas jika mereka adalah kroni dari penguasa. Berbeda kondisi bagi mereka yang memberikan saran dan kritik, justru ditangkap tanpa ampun dan pertimbangan. Lebih dari itu, nyatanya Indonesia justru memasuki era neoliberal. Kapitalisasi dan liberalisasi di berbagai bidang justru menjadikan Indonesia mengalami kerusakan di berbagai lini kehidupan.
Liberalisasi kekayaan alam Indonesia pun semakin parah. Kekayaan alam Indonesia semakin banyak yang diberikan asing atas nama investasi, produksi pertanian tenggelam karena kran impor dibuka lebar, hutan begitu mudah dijarah dan dibakar, sedang gurita korupsi kian mencengkeram. Bahkan, kini rakyat dipaksa mengalah terhadap mafia minyak goreng. Ironi menjadi masyarakat yang tinggal di negeri penghasil sawit terbesar.
Di bidang sosial, masyarakat Indonesia telah mengalami degradasi moral yang luar biasa. Contoh kecil saja seks bebas dan perilaku LGBT kini semakin meluas dan membuat rusak tatanan masyarakat. Dua perilaku ini telah menjadikan mewabahnya infeksi menular seksual, hingga banyaknya tindakan aborsi dan bayi yang dibuang. Di sisi lain, pornografi dan pornoaksi semakin bebas dengan dalih kebebasan dan hak asasi manusia.
Sedang arah pendidikan juga tak jauh beda. Pendidikan yang tidak merata, ditambah tujuan pendidikan yang mandul dalam mencetak generasi unggul. Banyak yang pintar sekedar di atas kertas namun minim kepribadian yang handal. Terlebih di era pandemi ini, semakian banyak siswa yang tidak bisa mendapatkan pendidikan secara layak bahkan terpaksa putus sekolah. Apalagi kesehatan, pandemi telah menelan ratusan ribu nyawa rakyat Indonesia karena adanya ambivalensi kebijakan. Selain juga, mereka semakin menderita di bawah pengasuhan BPJS yang rumit dan kejam.
Patutlah mahasiswa menerawang lebih mendalam ke manakah demonstrasi ini akan bermuara?