Al-Qur’an Diturunkan dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah Sekaligus, Ini Rahasianya
Menurut pendapat paling kuat dan masyhur, Al-Qur’an diturunkan sekaligus pada malam Lailatul Qadar dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia (Baitul Izzah), kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril.
Syekh Manna’ Al Qaththan dalam Mabahits fi Ulumil Qur’an mengatakan, tutunnya Al-Qur’an merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi.
Turunnya Al-Qur’an pertama kali pada Lailatul Qadar, kata Al Qaththan, merupakan pemberitahuan kepada alam samawi yang dihuni para malaikat tentang kemuliaan umat Muhammad. “Umat ini telah dimuliakan oleh Allah dengan risalah barunya agar menjadi umat yang paling baik yang dikeluarkan bagi umat manusia,” lanjut Syekh Al Qaththan.
Sebelumnya, hal ini telah dikatakan Imam As-Suyuthi dalam kitabnya, Al-Itqan fi Ulumil Qur’an.
“Dikatakan bahwa yang menjadi rahasia mengapa Al-Qur’an diturunkan secara sekaligus (dari Lauh Mahfudz) ke langit (dunia) adalah memuliakan kedudukannya dan kedudukan orang yang diturunkan kepadanya kitab itu (Muhammad Saw),” kata Imam As-Suyuthi.
Demikian itu, lanjut Imam As-Suyuthi, dengan mengumumkan kepada penghuni tujuh langit (para malaikat) bahwa kitab itu adalah kitab yang terakhir dari kitab-kitab yang diturunkan yang disampaikan kepada rasul terakhir untuk umat yang paling mulia (umat Muhammad).
“Kami (Allah) telah mendekatkan Al-Qur’an kepada mereka untuk Kami turunkan kepada mereka, dan seandainya tidak karena hikmah ilahiah yang berkehendak untuk menyampaikan Al-Qur’an itu kepada mereka secara berangsur sesuai dengan berbagai peristiwa, maka ia akan diturunkan ke bumi ini secara langsung sekaligus seperti kitab-kitab sebelumnya.” Tetapi Allah SWT membedakan antara Al-Qur’an dengan kitab-kitab sebelumnya, sehingga Allah menjadikan Al-Qur’an diturunkan dua tahap: diturunkan secara sekaligus kemudian diturunkan secara terpisah-pisah (berangsur). Demikian itu untuk memuliakan orang yang diturunkan kepadanya kitab itu (Muhammad). Pendapat ini disebutkan oleh Abu Syamah di dalam kitabnya, al-Mursyid al-Wajiz.
Baca juga: Al-Qur’an Turun di Malam Lailatul Qadar, Mengapa Nuzulul Qur’an Diperingati 17 Ramadhan?
Al-Hakim at-Tirmidzi berkata, “Al-Qur’an telah diturunkan secara sekaligus ke langit dunia untuk diserahkan kepada umat, sesuatu yang tampak bagi mereka dari tujuan diutusnya Muhammad Saw. Demikian itu karena diutusnya Muhammad Saw merupakan rahmat (bagi mereka), sehingga ketika rahmat itu keluar dengan terbukanya pintu maka datanglah rahmat itu dengan datangnya Muhammad dan Al-Qur’an. Maka Al-Qur’an diletakkan di Baitul Izzah di langit dunia agar ia masuk di perbatasan dunia, dan kenabian diletakkan di hati Muhammad, lalu datanglah Jibril dengan membawa risalah dan wahyu, seakan-akan Allah SWT ingin menyerahkan risalah ini yang telah menjadi keistimewaan umat.”
Imam as-Sakhawi berkata di dalam kitabnya, Jamalul Qur’an, “Dalam turunnya (Al-Qur’an) ke langit (dunia) secara sekaligus memberikan kemuliaan bagi bani Adam (manusia) dan memuliakan kedudukan mereka di sisi malaikat serta memberitahukan kepada mereka tentang ‘inayah dan rahmat Allah pada mereka. Karena itulah Allah SWT memerintahkan 70 ribu malaikat untuk mengiringi (turunnya) surat al-An’am, dan Allah SWT juga memberikan kemuliaan pada umat ini dengan memerintahkan malaikat Jibril untuk mengimlak (mendikte) Al-Qur’an pada as-Safarah al-Kiram (malaikat-malaikat yang mulia) dan membacakannya pada mereka. Termasuk kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepada umat ini adalah bahwa Allah SWT telah menyamakan antara Nabi kita Muhammad Saw dengan Nabi Musa as dari sisi menurunkan kitab-Nya secara langsung sekaligus dan membedakan dengan Nabi Muhammad dari sisi diturunkannya Al-Qur’an secara bertahap agar ia menghafalkannya.”
Shodiq Ramadhan