Surat Terbuka untuk Presiden Jokowi
Kepada Presiden Republik Indonesia
Bapak Joko Widodo
Di Tempat
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Semoga Bapak senantiasa mendapat rahmat dan hidayah Allah dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Bapak Jokowi, seperti kita ketahui bersama Indonesia adalah bangsa yang terbesar penduduk Islamnya. Ini adalah takdir dari Allah SWT yang patut kita syukuri. ‘Negara-negara Islam’ di Timur Tengah bila digabung, jumlah penduduknya hampir sama dengan jumlah penduduk Indonesia.
Islam datang ke negeri kita dengan damai. Dibawa oleh para ulama yang hebat-hebat. Ulama yang benar-benar ulama. Ulama yang membawa misi suci untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Ulama yang mewarisi para Nabi. Mereka tidak mengharapkan imbalan ketika menyampaikan misi. Mereka ‘menghidupi dirinya dengan menjadi pedagang’.
Lihatlah hanya beberapa tahun saja akhirnya Islam mewarnai tanah air. Dimulai dari pantai Barat Sumatera, kemudian ke pesisir Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Irian dan seterusnya. Rakyat Nusantara yang tadinya beragama Hindu, Budha, Animisme dan lain-lain, akhirnya berubah menjadi Islam,
Mereka merasa tercerahkan dengan Islam. Hindu Budha yang mengajarkan kasta dalam diri manusia –brahmana, ksatria, weisya, sudra-sama Islam dihapuskan. Dalam Islam semua manusia setara di hadapan sang Pencipta Allah SWT. Tidak ada kasta. Mereka yang banyak beribadah, mempunyai ilmu yang tinggi dan berakhlak mulia lebih dihormati dari manusia lainnya (takwa). Perbedaan manusia dilihat dari ketaqwaannya, bukan dari pemilikan harta, status jabatan, status keturunan atau yang lainnya.
Selain itu Islam datang dengan ajaran tauhidnya yang hebat. Manusia dilarang menyembah makhluk, apakah itu matahari, bulan, air, api, batu, pohon, menyembah manusia lain atau menyembah nafsunya sendiri. Yang diperbolehkan hanya menyembah atau sujud kepada Yang Menciptakan Makhluk di muka bumi ini, yaitu Allah.
Allah yang tidak terindra oleh mata kita yang lemah ini. Allah yang kita rasakan kehadirannya di saat kita sendiri. Allah yang kita rasakan kehadirannya ketika kita menghadapi ‘masalah besar’. Allah yang kita rasakan kehadirannya ketika kita beribadah.
Allah memang tidak terlihat oleh mata, karena mata kita lemah. Mata kita kalah oleh mata kelelawar yang melihat pada malam hari. Kalah dengan mata elang yang melihat dalam ‘ratusan meter jaraknya’.
Rakyat kita ketika dikenalkan ajaran Tauhid (peng-esaan terhadap Allah) ini mata mereka berbinar. Mereka merasa bahwa ajaran inilah yang benar. Ajaran inilah yang sesuai dengan jiwa dan akal manusia. Mendapat ajaran seperti itu, akhirnya mereka berbondong-bondong masuk Islam.