GISS Sarana Konsolidasi Umat
Kemenangan paslon Edy Rahmayadi dan (Eramas) dalam pilgub Sumut 2018 membuat orang bertanya, apakah rahasianya? Salah satu yang bisa kita jawab dengan jelas adalah kesungguhan umat dalam memenangkan pasangan Eramas dan digunakannya sarana Subuh Berjamaah di berbagai masjid besar di berbagai kota di Sumut.
Tentu saja ini mengingatkan kita kepada kemenangan pasangan Anis Sandi atas petahana Ahok Jarot dalam pilgiub DKI tahun 2017. Anis-Sandi didukung sepenuhnya oleh umat yang dikomandoi ulama dalam gerakan pemenangan yang disebut program Tamasya Al Maidah. Kemenangan telak Anis Sandi (60%) atas Ahok Jarot (40%) memberikan inspirasi kepada kita bahwa bilamana umat bersatu padu dalam satu komando ulama, dan mendapatkan pertolongan Allah SWT, insyaallah akan menang dengan gilang gemilang.
Bagaimana dengan Pileg dan Pilpres 2019?
Peta kekuatan politik pengusung Capres-Cawapres masih jelas tergambar mirip dengan pertarungan dalam pilgub DKI 2017. Sekalipun Jokowi menggandeng Ketua MUI KH. Ma’ruf Amien sebagai Cawapres, untuk menandingi Prabowo yang diberitakan akan menggandeng dai kondang Ustadz Abdus Somad (UAS) dan belakangan Ustaz Arifin Ilham (UAI) yang juga tidak kalah kondangnya, namun pola kekuatan kubu Jokowi ini tetap tergambar sebagai peta kekuatan partai-partai pendukung Ahok. Partai-partai yang selama ini disebut kalangan umat sebagai partai pendukung Penista Agama, yakni PDIP, Nasdem, Hanura, PPP, PKB, dan Golkar. Mereka jugalah yang disebut parta-partai pendukung Perpu Ormas. GNPF Ulama dalam suatu pernyataannya (30/10/2017) menyerukan kepada umat untuk tidak mendukung partai-partai tersebut.
Di sisi lain, kubu Prabowo, Capres hasil Rekomendasi Ijtimak Ulama yang di awal deklarasinya ada sedikit masalah dengan GNPF Ulama, lantaran tidak mengambil Cawapres yang direkomendasikan Ijtimak Ulama, yakni Habib Salim atau UAS dan malah memilih Sandiaga Sholahudin Uno, harus diakui adalah kubu yang dalam Pilgub DKI 2017 adalah pengusung dan pendukung paslon terpilih Anis – Sandi,yakni Gerindra, PKS, PAN serta PBB. Dalam Pilpres kali ini ditambah Berkarya dan Demokrat.
Potret peta kekuatan ini harus selalu tergambar dalam benak umat Islam sehingga mereka tidak mudah terpengaruh oleh propaganda manis dan berbagai trik pemenangan pemilu dari kubu yang selama ini tidak pernah bersahabat dengan umat Islam. Umat Islam tidak pernah boleh melupakan partai-partai yang selama ini telah menciderai umat Islam, yakni partai-partai yang selalu menolak berbagai RUU dengan alasan bahwa RUU itu berbau syariat Islam, partai-partai yang mengusulkan agar pesantren dibubarkan, partai-partai yang mengusulkan agar tidak ada pendidikan agama di sekolah, partai-partai yang petingginya mengatakan tidak butuh suara umat Islam, apalagi partai-partai yang petingginya melakukan serangan verbal dan ancaman pembunuhan kepada umat Islam.
Jelas partai-partai tersebut tidak memenuhi syarat-syarat wajib dipilih bagi umat Islam berdasarkan Fatwa MUI tentang Pemilu 2009, yakni pemimpin dan wakil rakyat yang beriman, bertaqwa, siddiq, amanah, tabligh, fatonah, dan memperjuangkan kepentingan umat Islam. Oleh karena itu, pemimpin dan wakil rakyat dari partai-partai tersebut haram dipilih dalam pemilu apapun. Bahkan rekomendasi fatwa MUI 2009 tersebut menegaskan bahwa umat Islam dianjurkan untuk memilih pemimpin dan wakil-wakilnya yang mengemban tugas amar makruf nahi munkar. Artinya, pemimpin dan para wakil rakyat dari partai-partai yang tidak sejalan dengan jiwa amar ma’ruf nahi munkar, malah menghalang-halanginya, pasti umat Islam sangat dianjurkan untuk tidak memilih mereka. Allahu Akbar!
Inilah kiranya patokan yang harus digunakan oleh umat dalam memenangkan calonnya dalam pileg dan pilpres 2019. Dan ini harus disosialisasikan kepada umat secara massif dalam berbagai kesempatan sehingga pikiran dan perasaan umat terkonsolidasi. Jadi bukan sekedar teriakan dan deklarasi #2019GantiPresiden atau menyanyikan lagu Ganti Presiden, tapi juga harus didukung dengan konsolidasi umat yang kuat sehingga melahirkan gerakan yang sistematis dan massif.
Gerakan Indonesia Sholat Subuh (GISS) adalah salah satu sarana konsolidasi umat. Dalam GISS, umat dibangunkan sebelum subuh dan diajak untuk pergi ke masjid untuk menunaikan sholat Subuh berjamaah setiap hari agar memulai hidupnya dengan penuh keberkahan dan jaminan hidup dari Allah SWT sesuai sabda Nabi Muhammad Saw. Selain itu, dalam GISS umat diajak membulatkan tekad untuk (1) selalu melaksanakan sholat Subuh berjamaah di masjid; (2) selalu mengajak keluarga, tetangga dan kawan-kawan melaksanakan sholat Subuh berjamaah di masjid; dan (3) selalu mengajak keluarga, tetangga dan kawan-kawan mendukung gerakan Indonesia Sholat Subuh agar jamaah Subuh di seluruh Indonesia seperti jamaah Shalat Jumat. Tekad yang diikrarkan atas nama Allah SWT itu akan melahirkan kekuatan spiritual karena merupakan tugas agama memakmurkan masjid. Allahu Akbar!
Dan taushiyah dalam GISS adalah membangun kesadaran politik Islami dari seluruh jamaah sehingga mereka melek politik yang luhur, yakni politik Islam, politik keumatan, dan politik amar ma’ruf nahi munkar sesuai fatwa MUI di atas. Insyaallah dengan GISS, konsolidasi dan kemenangan umat yang sempurna dengan izin Allah akan terwujud. Wallahu nashirul mu’miniin!
KH Muhammad Al Khaththath
Kornas GISS