Agar Selalu ‘On’ Ingat Allah
Hidup adalah ujian. Susah dan senang dalam kehidupan adalah goresan takdir dari Sang Khaliq (Maha Pencipta). Tak jarang yang terjadi saat senang menyapa, diri lupa Allah Sang Khaliq. Saat susah mendera baru ingat Allah. Seakan-akan Allah ada dalam ingatan dan qalbu saat diri butuh, selain itu ‘menguap’ begitu saja. Mengapa ini terjadi?
Harus diakui, hal tersebut terjadi memang bermula dari keimanan. Kuat atau lemahnya keimanan pada Allah dan kebenaran syari’atNya, mempengaruhi akal dan qalbu diri. Yang gilirannya akan mempengaruhi penyikapan diri terhadap ujian hidup. Ramai yang mengatakan, saat iman naik, begitu semangat ibadah. Tapi saat iman down, bawaannya malas ibadah. Bagaimana seharusnya?
Insyaf Diri sebagai Hamba Allah
Penglihatan, pendengaran dan nikmat indra lainnya, harusnya mampu mengaktifkan akal untuk berpikir yang paling mendasar terkait hakikat diri.Yaitu dari mana diri berasal, untuk apa hidup di dunia dan setelah kematian apa yang akan terjadi?
Hamparan keajaiban dalam penciptaan diri manusia, bumi beserta segala isinya (tumbuhan, hewan, air, tanah dan sebagainya), langit dengan segala keindahannya (bulan, bintang, atmosfer dan sebagainya) adalah tanda-tanda kekuasaan Sang Pencipta. Mustahil Sang Pencipta sama dengan makhluk ciptaanNya. Sehingga tak layak sesama manusia, apatah lagi patung berhala buatan tangan manusia dijadikan Tuhan sesembahan.
Mustahil juga Sang Pencipta berbilang, karena apabila berbilang hancurnya alam semesta beserta isinya adalah kepastian. Keseimbangan dan keteraturan alam semesta dari mula penciptaannya hingga hari kiamat, memastikan bahwa Sang Pencipta hanyalah satu. Maha benar Allah dalam firman-Nya:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula-diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas ayat 1-4).
Dengan pemahaman ini, tumbuh kesadaran bahwa diri adalah makhluk Allah. Tumbuh kesadaran bahwa tugas diri hidup di dunia yang sementara ini hanyalah untuk beribadah kepadaNya (QS. Adz Zariyat ayat 56).
Beribadah dalam makna taat pada Allah, tunduk patuh padaNya dan terikat pada semua syariatNya. Serta tumbuh kesadaran ingin berpulang menghadapNya dalam keadaan mendapat naungan rahmat dan ridhaNya.
Insyaf Diri Ingat Allah
Kesadaran akan hakikat diri akan menjadi landasan untuk selalu ingat Allah dalam menjalani kehidupan. Hal tersebut akan termanifestasikan dalam kondisi sebagai berikut: