Menjadi Muslim Sejati
Islam adalah karunia terbesar yang Allah SWT karuniakan kepada umat manusia. Atas karunia-Nya ini kita sebagai seorang muslim memiliki kewajiban untuk bersyukur kepada-Nya, dengan menjadi muslim yang seutuhnya lahir dan batin. Jika kita tidak bersyukur kepada-Nya maka sudah dimaklumi bahwa adzab-Nya setimpal dengan besarnya karunia yang telah ia berikan.
Menjadi seorang muslim adalah karunia sekaligus nikmat terbesar dari Allah yang diberikan kepada kita. Seseorang yang telah mendapatkan nikmat tersebut berarti dia telah mengikuti satu-satunya jalan yang diridhai oleh Allah SwT, dimana jalan tersebut akan mengantarkan dirinya menuju kebahagiaan abadi. Allah SwT berfirman:
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Al-Maidah [5]: 3)
Ayat ini merupakan ayat yang langsung ditujukan kepada kaum muslimin. Ayat ini secara konteks historis sebagaimana diterangkan oleh Al-Baghawi dalam Ma`alimut Tanzil turun pada hari Jumat di Arafah, ketika Rasulullah Saw melaksanakan Haji Wada, atau tepatnya 81 hari menjelang wafatnya Beliau Saw.
Berkenaan dengan ayat ini Ath-Thabari dalam Jamiul Bayan an-Tawil ayil Qur’an menjelaskan bahwa ayat ini maksudnya, wahai orang-orang beriman, hari ini Aku (Allah) menyempurnakan kepada kalian kewajiban-kewajiban dan batasan-batasan dari-Ku. Juga perintah-perintah dan larangan-larangan. Juga halal dan haram. Juga Aku sempurnakan wahyu yang Aku turunkan kepada kalian dalam kitab-Ku. Dan Aku sempurnakan wahyu yang aku turunkan melalui lisan rasul-Ku. Dan Aku sempurnakan dali-dalil yang menjadi landasan untuk semua perkara yang kalian butuhkan. aku sempurnakan semua itu, sehingga tidak butuh kepada tambahan lagi sejak hari ini.
Besarnya nikmat Islam akan dirasakan oleh seseorang, ketika dia melihat bagaimana keadaan orang-orang yang tidak mendapatkan kenikmatan ini. Besarnya nikmat Islam juga akan dirasakan manakala seseorang mengetahui janji Allah SWT bagi orang-orang yang mendapatkan nikmat ini dan ancaman-Nya bagi orang-orang yang tidak mendapatkannya.
Orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang dan neraka Jahannam adalah tempat tinggal mereka. (Muhammad [47]: 12)
Seorang muslim adalah orang yang menerima Islam. Yaitu menerima apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw dan secara konsisten mengaplikasikannya dalam kehidupan baik pribadi, keluarga maupun masyarakat. Jika tidak demikian maka orang tersebut bukanlah seorang muslim yang sesungguhnya.
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An’am [6]: 162)
Untuk menjadi seorang muslim yang sesunnguhnya maka seseorang harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang hakikat Islam dan mengamalkannya dalam wujud amal shaleh. Sebab seseorang tidaklah menjadi muslim sejati tanpa mengetahui makna Islam, karena menjadi muslim bukanlah sekedar pengakuan ataupun atas dasar keturunan melainkan berdasarkan pengetahuan. Dan inilah yang menjadi pembeda antara muslim dan kafir.
Perbedaan antara muslim dan kafir adalah pada pengetahuannya. Orang kafir tidak memahami hubungan antara Tuhan dengan manusia, dan manusia dengan Tuhan. Karena tidak mengetahui kehendak Tuhan, orang kafir tidak mengetahui jalan lurus yang harus ditempuh dalam kehidupannya. Sedangkan seorang muslim adalah orang yang dengan pengetahuannya tunduk patuh kepada Allah SWT, menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang beriman, laki-laki dan perempuan. (Muhammad [47]: 19)