Anies dan Aras Publik
Aras dalam tafsir Islam itu seperti kubah sangat panjang dan besar dengan banyak pilar yang menaungi surga dihuni banyak malaikat di langit ketujuh, sebagai arasy.
Aras di dunia kedokteran adalah ribuan benang saraf pembuluh kecerdasan yang berfungsi sangat penting dari otak.
Dalam bahasa Jawa, aras itu, berarti menyentuh dan atau persentuhan.
Ketiga tafsir aras menyublimasi dalam satu gramatika itu bisa bermakna suatu hal yang sangat kokoh menaungi, mengayomi dan melindungi untuk mendapatkan pencapaian kebahagiaan surgawi.
Di dalam pengayoman itu ada pikiran ide dan gagasan kecerdasan yang akan mewujudkan dan membawa pencerahan.
Dan hasilnya itu perlu dikomunikasikan dengan persentuhan kepada khalayak yang memiliki hak daulat dan mandat tertinggi. Rakyat alias, publik.
Dan Anies dalam aras publik itu sungguh unggul sangat mumpuni, memikat hati, bak kelurulan kemerundukan padi merendahkan diri tidak agul dan sombong.
Padahal, Anies itu calon pemimpin tertinggi negeri.
Membuat Anies memiliki magnet daya tarik, tidak sekadar untuk dipandang. Tetapi, bicara kata hati nurani dan pikirannya sangat diempati dan diperhatikan. Kehadirannya sangat dirindukan di mana pun.
Dikerumuni, dikerubuti dan diperebutkan sesungguhnya tidak sekedar berfoto selfi. Tetapi khalayak, apa daya?
Apa yang dikatakan dan dinarasikan itu pun berbobot sesuai kompetensi, kapasitas dan kapabilitas.
Berbibit, tumbuh dari dalam watak dan karakter ketulusan dan keiklasan. Berkepribadian dan berprilaku selalu atas dasar kepantasan, kepatutan, kepatuhan dan kepanutannya.