Jika Ketaatan Bukan kepada Allah SWT, Lalu untuk Siapa?
Contoh ketaatan luar biasa dari seorang hamba seorang manusia biasa akhir zaman adalah ketaatan yang dinampakan oleh sahabat Rasulullah Saw, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Totalitas dalam taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, tanpa nanti tanpa tapi.
Tersebutlah sebuah kisah saat Rasulullah Saw selesai menjalani peristiwa Isra Mi’raj. Semua orang mendustakan peristiwa tersebut, kecuali Abu Bakar Ash-Shiddiq ra yang langsung mengimani peristiwa tersebut. Runtuhlah makar Abu Jahal, sebab pembenaran Abu Bakar Ash-Shiddiq ra atas peristiwa Isra Mi’raj yang dijalani Rasul saw, mampu membalikan keadaan dan meneguhkan kembali keimanan kaum muslimin terhadap Allah SWT dan Rasulullah Saw.
Tersebut pula peristiwa saat semua sahabat menentang keputusan Abu Bakar Ash-Shidiq ra akan memberangkatkan pasukam Usamah bin Zaid ra menuju perbatasan negeri Syam guna menuntut balas atas gugurnya ayahnya, Zaid bin Haritsah ra di medan Mu’tah.
Sebab taatnya pada Allah SWT dan Rasulullah Saw, pasukan tetap diberangkatkan, dan membawa kemenangan pada pasukan Usamah bin Zaid ra, sehingga mampu membuat gentar kaum musyrikin dan munafikun di jazirah Arab yang menggerogoti pesatuan kaum muslimin. Kaum muslimin menjadi kuat dan solid kembali.
Tersebut pula peristiwa saat Abu Bakar Ash-Shiddiq ra terpilih menjadi khalifaturrasulillah, kemudian memberikan khutbah atas pengangkatannya yang menyatakan bahwa manusia wajib menaatinya selama ia menaati Allah saw dan Rasul-Nya. Namun manusia tidak wajib menaatinya jika ia tidak taat kepada Allah SWT dan Rasul Nya.
Maka Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq ra pun memimpin umat dengan hukum Islam. Meneruskan kepemimpinan Islam. Melanjutkan misi dakwah Rasulullah Saw, melanjutkan jihad yang telah dikibarkan oleh Rasulullah Saw, melanjutkan sistem ekonomi Islam yang telah dimulai oleh Rasulullah Saw, melanjutkan sistem politik, sosial budaya hingga pertahanan keamanan seperti Rasul Saw membangunnya.
Maka ketaatan Abu Bakar Ash-Shiddiq ra kepada Allah SWT dan Rasul-Nya nampak nyata, tidak hanya diranah pribadi dengan menjadi sosok yang paling baik akhlaqnya setelah Rasulullah Saw, namun juga hingga nampak saat menjadi pemimpin umat yang memiliki akhlaq yang mulia sebab taatnya pada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Abu Bakar Ash-Shiddiq ra dan para sahabat adalah sosok nyata yang mempersembahkan totalitas ketaatannya hanya untuk Allah SWT dan Rasul-Nya.
Maka selayaknya kita pun melakukan hal yang sama yaitu memberikan ketaatan kita hanya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya saja. Sebab memang demikianlah seharusnya.
Ketaatan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya akan berimplikasi nyata pada tunduknya kita secara total pada hukum dan aturan yang berasal dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Maka kita akan menjalani peran dalam kehidupan ini sesuai dengan hukum dan aturan dari Allah SWT dan Rasul-Nya.
Kita akan rela dengan kerelaan yang sempurna dalam menerapkan hukum Allah SWT dan RasulNya dalam seluruh aspek kehidupan.
Sebab ketaatan akan berbuah pada ketakwaan. Dan ketakwaan akan berbuah pada keberuntungan hidup didunia dan diakhirat.
Maka jika kita tidak menaati Allah SWT dan Rasul-Nya kita tidak akan masuk dalam golongan hamba-hambanya yang bertakwa dan jauh dari keberuntungan hidup.