Mengeja atau Membaca Al-Qur’an?
“Kitab Allah memuat cerita orang-orang sebelum kamu dan mengkhabarkan orang-orang sesudah kamu. Ia merupakan hukum diantara kamu dan pasalnya tidak main-main. Pemimpin yang meninggalkannya akan dihancurkan Allah, siapa yang mengambil petunjuk selainnya, akan Dia sesatkan. Ia merupakan tali yang kuat, peringatan al Hakim dan jalan yang lurus. Dengannya, hawa nafsu tidak akan terguncang dan lisan tidak akan ceroboh. Ulama tidak akan kenyang memakannya. Ia tidak dibuat banyak berulang kata, dan keajaibannya tidak pernah luntur. Ia yang manakala didengar oleh jin mereka akan berkata (Sesungguhnya kami telah mendengar Quran yang ajaib. Yang menunjuki kepada (jalan) cerdik, lalu kami beriman kepadanya. (QS al Jin 1). Siapa berucap dengannya, maka akan benar. Siapa mengamalkannya akan mendapat pahala. Siapa menggunakan hukumnya, berarti adil dan siapa mengajak kepadanya, akan ditunjukkan ke jalan yang lurus.” (HR Tirmidzi dalam Fahdailul Qur’an).
Ramadhan kini hampir berakhir. Banyak orang berloma-lomba mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan mulia ini. Tentu ini kebiasaan yang baik. Tiap hari di rumah-rumah, masjid, musholla kita melihat banyak orang membaca Al-Qur’an.
Membaca Al-Qur’an mempunyai pahala yang besar. Rasulullah Saw menyatakan, “Siapa saja yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an) maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf.” (HR At-Tirmidzi)
Dari Aisyah ra ia berkata, “Rasulullah Saw bersabda, orang yang membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya, maka ia bersama para malaikat yang mulia dan berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan merasa kesulitan dalam membacanya, maka baginya dua pahala.”
Membaca Al-Qur’an baik mengerti maknanya atau tidak, dijanjikan Rasulullah mendapat pahala. Tentu bila membaca dengan memahami maknanya, pahalanya akan lebih besar lagi. Karena pada hakikatnya Al-Qur’an untuk dipahami bukan hanya untuk sekedar dibaca.
Dalam Bahasa Indonesia, membaca berarti memahami maknanya. Membaca tapi tidak mengerti maknanya, dinamakan mengeja.
Itulah beda kita dengan Rasulullah dan para sahabat yang mulia. Mereka, karena orang-orang Arab, membaca Al-Qur’an langsung memahami maknanya. Kita sebagian besar karena bukan orang Arab, membaca tidak memahami maknanya. Karena itu kita perlu bantuan terjemahan atau tafsir untuk memahami maknanya.
Menarik apa yang dikatakan ulama besar Ibnu Taimiyah, ”Barangsiapa tidak pernah membaca Al-Qur’an, berarti telah meninggalkannya. Barangsiapa membaca Al-Qur’an, namun tidak memikirkannya, maka telah meninggalkannya. Dan barangsiapa membaca dan memikirkannya, namun tidak mengamalkannya, maka juga telah meninggalkannya.” Ini berdasarkan firman Allah SWT, ”Berkata Rasul, Ya Tuhanku sesungguhnya kaumku telah meninggalkan Al-Qur’an ini.” (QS al Furqan 30).
Merupakan kebiasaan yang baik, seringkali bila ada sebuah acara besar di Indonesia dimulai dengan membaca Al-Qur’an. Sayangnya, pembacaan Al-Qur’an ini kadangkala tidak disertai dengan terjemahnya. Padahal para peserta yang hadir banyak yang tidak paham Bahasa Arab. Begitu pula di masjid-masjid menjelag adzan, kadangkala disetel bacaan Al-Qur’an. Alangkah bagusnya kalau bacaan Al-Qur’an itu disertai dengan terjemahnya sehingga para pendengar memahami maknanya.
Al-Qur’an adalah makna. Mukjizat Al-Qur’an adalah mukjizat makna. Jangan sampai masyarakat kita, ada kebiasaan sampai tua tidak memahami satupun makna surat Al-Qur’an. Bahkan al Fatihah yang tiap hari dibaca dalam shalat, kadang tidak dipahami maknanya.
Al-Qur’an menyeru kita agar kita bukan sekadar membaca tapi juga memahami maknanya. “Tidak mereka memperhatikan Al-Qur’an? Ataukah hati mereka terkunci?” (QS Muhammad 24). Rasulullah menyatakan, ”Sesungguhnya Al-Qur’an itu jamuan Allah, pelajarilah jamuannya itu semampumu.” (HR. Muttafaq Alaih).
Maka di bulan Ramadhan ini selain ada target untuk mengkhatamkan Al-Qur’an, ada target pula untuk memahami Al-Qur’an. Mungkin dalam bulan ini tidak bisa seluruh surat bisa dipahami, tapi ada target misalnya memahami sepuluh atau dua puluh surat misalnya.