#Ramadhan Berkah 1445 HNUIM HIDAYAT

Mengeja atau Membaca Al-Qur’an?

Banyak para mualaf masuk Islam karena pengaruh Al-Qur’an. Ahli Matematika dari Amerika, Prof Jeffrey Lang misalnya. Ia masuk Islam, karena membaca Al-Qur’an dalam terjemah Inggris. Prof Jeffrey sebelumnya memeluk agama Kristen dan pernah menjadi ateis. Sepanjang hidupnya ia dihantui pertanyaan untuk apa ia hidup di dunia ini. Di kitab Bibel yang ia pelajari, ia tidak menemukan jawabannya. Di kitab itu hanya dinyatakan bahwa manusia hidup di dunia untuk menebus dosa belaka. Ketika ia menjadi ateis ia pun kebingungan mencari makna hidup.

Hingga akhirnya seorang mahasiswanya menghadiahinya Al-Qur’an. Ia pun coba membacanya. Dan anehnya begitu ia membaca Al-Qur’an, ia seperti kesetrum. Tiap ia membaca, timbul pertanyaan dan kemudian ayat berikutnya menjawabnya. Dan itu terus menerus terjadi. Hingga ia akhirnya sampai pada surat al Baqarah ayat 30.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Ia terkesima dengan ayat ini. Ayat ini menjawab pertanyaannya sepanjang hidupnya tentang arti hidup di dunia. Hidup di dunia bukan untuk membuat kerusakan dan menumpahkan darah, melainkan untuk beribadah kepada Allah dan memakmurkan bumi ini.

Begitulah kalau kita paham makna Al-Qur’an. Kita akan bisa menikmati jamuan atau mukjizat Al-Qur’an. Dan mukjizat Al-Qur’an ini terus menerus ada dan digali tidak habis-habisnya oleh para cendekiawan atau ulama.

Al-Qur’an adalah ibarat intan atau mutiara. Dari sudut manapun kita melihatnya, selalu timbul cahaya. Dari manapun sudut keilmuan untuk menggalinya, maka akan timbul cahaya ilmu atau mukjizat. Para ahli psikologi tidak habis-habisnya kagum dengan Al-Qur’an. Begitu pula dengan ahli ekonomi, politik, budaya, militer dan lain-lain.

Mumpung masih beberapa hari lagi Ramadhan marilah kita biasakan membaca Al-Qur’an dengan memahami maknanya. Ulama besar Ibnu Qayyim menyatakan, “Membaca satu ayat dengan memikirkan dan memahaminya, lebih baik dibandingkan dengan membaca hingga khatam tanpa tadabur dan memahami.” (Miftah Daar as-Sa’adah 1/187). Wallahu alimun hakim.

Nuim Hidayat, Guru dan Penulis.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button