Free, Free, Freedom Anies!
Anies bebas. Sebebas-bebasnya Anies ketika meskipun “direkrut” Partai NasDem menjadi paslon Presiden di Pilpres 2024, secara geniune toh sesungguhnya Anies bukanlah orang yang terafiliasi dari partai manapun.
Ketika kalah, tetapi belum apa-apa partai pendukungnya sudah berubah haluan sebelum bertempur habis-habisan di MK berjuang dan memperjuangkan pledoi atas begitu besarnya kecurangan dan keculasan Pilpres itu secara TSM — masih sebunglonkah partai pengusungnya yang nyata-nyatanya hilang begitu saja seolah tanpa adanya militansi dan radikalisme pada visi-misi perubahan itu sendiri? Hanya sekadar bersandar pada puntung dan buntung anomali partai propagandaisme?
Sebaliknya, Anies konsisten dan tetap akan menjadi orang bebas berubah, orang bebas mengubah, loyalis setia pengabdi perubahan: independen, mandiri dan merdeka yang akan mencacah dan memecah setiap arus mainstream politik dinasti, oligarki, otoritarian dan atau tirani.
Bahkan, kini Anies itu sudah terbebaskan. Artinya, dibebaskan dari kungkungan intimidasi yang sudah dilakukan dari awal, ketika saat mana Anies digadang-gadang akan menjadi the rising star Presiden baru setelah betapa begitu berhasilnya beliau memimpin Jakarta.
Simbol dari kebebasan itulah, Anies mampu mengumpulkan dan membangkitkan kesadaran baru bagi kesungguhan perubahan Indonesia. Dari secara elektoral pada Pilpres 2024 pendukung perubahan itu berjumlah 40 juta lebih.
Dan luar biasa rakyat pendukung 40 juta lebih itu, adalah murni dan asli,sebagai masyarakat menengah: terdidik intelektualitasnya (komunitas masyarakat Amicus Curiae), mapan dan mandiri secara ekonomi, hukum, sosial dan budayanya (komunitas masyarakat madani) serta rakyat yang secara berkesadaran (concentia) sangat menjunjung tinggi etika, moral bahkan begitu tebal di tingkat lapisan religiusitasnya (komunitas masyarakat imani).
Alias, komunitas Islam populis dan moderat yang dengan sendirinya terseleksi dari begitu mayoritasnya rakyat berlabel Islam, serta sudah pasti dukungan komunitas masyarakat penganut taat agama lainnya.
Artikulasinya, dalam banyak diskursus literasi akademis hal dinamika politik demokrasi yang bertumbuh dan berkembang sehat, masyarakat menengahlah yang menjadi pembuluh bagi detak jantung bagi kepeloporan secara modern keberkembangan dan berkemajuan demokrasi suatu negara di manapun.
Maka, Anies itu sudah menjadi prereferensi dan representasi politik demokrasi di Indonesia dan dunia.
Sedikit saja demokrasi itu akan mengalami keguncangan pada pemerintahan berkuasa ke depan, sensivitas pada perubahan politik itu keberlangsungannya akan bersentuhan dan berhubungan dengan Anies.
Itu terbuktikan dengan sudah menggejalanya politik altruisme sebagian pendukungnya sebagaimana teraspirasikan agar Anies kembali menjadi Gubernur Jakarta—atau ini merupakan jebakan Batman dari pengelabuan dari masih lawannya untuk meng-endoorsment para pendukung fanatismenya di Jakarta.
Padahal, itu sudah disadari oleh Anies sendiri bahwa itu sudah menjadi sepenggal dari sejarah Anies. Anies sudah menolak.