Sulitnya Menjadi Pemimpin yang Adil

Menjadi pemimpin yang adil itu tidak mudah. Pemimpin cenderung zalim. Cenderung mengutamakan keluarga dan partainya daripada rakyatnya, cenderung menumpuk kekayaan, cenderung tidak bisa menahan nafsu seksnya, cenderung ingin selalu dipuja dan lain-lain.
Pemimpin yang adil dijamin Rasulullah Saw masuk surga. Masuk surga tentu bukan hal yang mudah. Butuh perjuangan untuk ke sana. Di dunia ini Allah berikan akal dan nafsu. Kebanyakan orang cenderung mengikuti nafsu daripada akalnya. Allah juga memberikan pendampingan malaikat dengan Iblis/setan. Orang cenderung mengikuti bujukan syetan daripada ajakan malaikat. Kecuali orang yang bertakwa, ia lebih mengikuti akal (dan wahyu) daripada mengikuti nafsu dan syetan.
Presiden Soekarno terkenal tidak bisa mengerem nafsu seksnya, presiden Soeharto membiarkan anak-anaknya berbisnis, Presiden Gus Dur lebih memuji Israel daripada Palestina, Presiden Megawati membuarkan aset-aset negara dijual ke asing, Presiden SBY tidak bisa mengerem nafsu hartanya, Presiden Jokowi tidak bisa mengerem anak-anaknya melanggar etika politik dan Presiden Prabowo tidak menganggap penting agamanya (Islam).
Makanya jadi pemimpin itu berat. Dalam bahasannya tokoh-tokoh Masyumi, pemimpin itu harus berani menderita. Leiden is lijden. Pemimpin itu menderita.
Rasulullah mengingatkan,
إنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الإمَارَةِ ، وَسَتَكونُ نَدَامَةً يَوْمَ القِيَامَة
“Nanti engkau akan begitu tamak pada kekuasaan. Namun kelak di hari kiamat, engkau akan benar-benar menyesal.” (HR. Bukhari no. 7148)
Pemimpin yang zalim yang menyesatkan pengikutnya ini akan dimintai pertanggungjawaban oleh para pengikutnya di akhirat kelak. Al-Qur’an menceritakan dengan menarik dialog antara pengikut dan pemimpin ini.
وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۚ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ ۖ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ
Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: “Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri”. (QS. Ibrahim 21)
وَإِذْ يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ
Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?”
قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُلٌّ فِيهَا إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ
Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: “Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-(Nya)”. (QS. Ghafir 47-48)
Pemimpin dan pengikut yang mengikuti jalan syetan di dunia ini, di akhirat akan menyesal. Al-Qur’an menjelaskan tentang sikap syetan di akhirat nanti,