‘Disobidience’: Ketidaktaatan Rakyat
Setelah baru saja lima hari rakyat merayakan euforia kemerdekaan ke-79: Indonesia berontak! Indonesia meledak!
Itu direfleksikan oleh —boleh dinarasikan sebagai Gerakan Grebek 22 Agustus: meluruhnya aksi massa demonstrasi besar-besaran di seluruh Indonesia diinisiasi mahasiswa sebagai sinyal pertanda kembalinya gerakan moral yang mengerek ikut serta civil society, buruh dan pelajar secara spontan dan simultan:
Ketika tercium bau busuk sangat menyengat aroma dan aura adanya kelicikan dan keculasan Baleg DPR:
Lagi-lagi mempertontonkan ketelanjangan kegilaan dan kemunafikan pragmatisme politiknya: melakukan kemufakatan jahat terencana upaya pemberangusan Pilkada. Seolah, rakyat itu lemah, terus-menerus bisa dan mudah dikendali dan dibodohi.
Dengan manuver yang serba mendadak, ujug-ujug dan tiba-tiba melalui pembentukan KIM Plus terlebih dahulu. Mempersiapkan dengan cara barter tukar tambah dan disorder koalisi besar 12 partai agar mereka memiliki kekuatan mayoritas di Parlemen.
Efeknya, kran demokrasi terkatup dan tanpa pilihan: Anies Baswedan dan banyak calon Kepala Daerah lain yang justru banyak diaspirasi dan diapresiasi warganya malah tak jadi diusung; ada pula partai pengusung yang ditinggalkan padahal pemenang suara terbanyak di Pileg 24; dan cenderung jadi melacungkan kotak-kotak kosong itu jadi berarti.
Baleg DPR —ternyata seperti komunitas “vampire” alias drakula atau komunitas setan iblis genderuwo seringkali menandatangani RUU tengah malam— itu bekerja kemudian memaksakan kehendak dengan merevisi RUU Pilkada perihal batas ambang usia 30 tahun bagi jabatan Kepala Daerah dari semenjak penetapan menjadi ke saat pelantikan:
Semata-mata seluruh aturan itu menyelaraskan dengan kepentingan usia putra mahkota Kaesang yang lahir 25 Desember 1994 itu agar bisa maju dalam kontestasi Pilkada 2024 ini.
Padahal, MK telah membuat putusan yang bersifat final and binding menerima legal standing atas gugatan Partai Gelora dan Partai Buruh perihal batas usia 30 sejak pendaftaran penatapan calon dan batas parlementary threshold yang baru.
Sehingga, sebaliknya pengaruhnya kran demokrasi terbuka dan banyak pilihan calon kepala daerah terpilih dan banyak pula alternatif partaiyang bisa mengusungnya.
Se-Indonesia pun langsung geger dan ribut, berdampak membuat suku bunga pun melemah, sebaliknya mendongkrak harga bahan-bahan pangan naik—sementara Kaesang dan istrinya plesiran ke Amerika Serikat naik jet pribadi dengan sewa Rp.5,5 M sekali jalan —menunjukkan gaya hidup hedonisme yang faktualisasi sesungguhnya mereka itu sudah takkan peduli dan berpikir serta memperhatikan bahwa tengah semakin terhimpitnya kehidupan rakyat semakin melarat!
Maka, di tengah semua yang mempertunjukkan paradoks atas ketelanjangan ketidakadilan itu, emosi rakyat pastilah membuncah, menyeruak dan sebagai puncak akumulasi kemarahan itu mereka menggeruduk dan menggerebek rumah-rumah rakyat itu di seluruh pelosok nusantara—setelah melewati lini masa kekecewaaan rakyat yang bertubi-tubi menghantam mereka sebelumnya: kecurangan brutal Pilpres 2024.