NUIM HIDAYAT

Menarik, Tafsir Hamka tentang Surat An-Nashr

اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُۙ وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَاجًاۙ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا ࣖ

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat. (QS. An-Nashr: 1-3)

Apabila telah datang pertolongan Allah (pangkal ayat 1)

Terhadap agamanya yang benar ini dan kian lama kian terbuka mata manusia akan kebenarannya

Dan kemenangan (ujung ayat 1)

Yaitu telah terbuka negeri Mekah yang selama ini tertutup. Dan menang perjuangan Nabi saw ketika memasuki kota itu bersama 10.000 tentara Muslimin, sehingga penduduknya takluk tidak melawan lagi. Kedaulatan berhala yang selama ini mereka pertahankan, dengan masuknya tentara Islam itu ia pun telah runtuh. Berhala-berhala itu telah dipecah dan dihancurkan. Ka’bah dan sekelilingnya telah bersih dari berhala. Dan yang berkuasa ialah Islam.

dan engkau lihat manusia masuk agama Allah dalam keadaan berbondong-bondong (ayat 2)

Artinya bahwa manusia pun datanglah berduyun-duyun, berbondong-bondong dari seluruh penjuru tanah Arab, dari berbagai persukuan dan kabilah. Mereka datang menghadap Nabi saw menyatakan diri mulai saat itu mengakui agama Islam, mengucapkan kalimat pengakuan,”Tidak ada sesembahan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah.” Dengan demikian bertukarlah keadaan. Agama yang dahulunya berjalan dengan sempit, menghadapi berbagai rintangan dan sikap permusuhan sejak kemenangan menaklukkan Mekah, manusia datang berbondong menyatakan diri menjadi penganutnya.

Kalau sudah demikian halnya, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu (pangkal ayat 3)

Arti bertasbih ialah mengakui kebesaran dan kesucian Allah dan bahwa semuanya itu tidaklah akan terjadi kalau bukan karena Allah. Dan tidaklah semuanya itu karena tenaga manusia atau tenaga siapapun di dalam alam ini, melainkan semata-mata karunia Allah. Sebab itu hendaklah iringi ucapan tasbih itu dengan ucapan puji-pujian yang tiada putus-putus kepadaNya. Bahkan ‘mohon ampunlah kepadaNya’. Ini penting sekali karena selama berjuang, baik tiga belas tahun masa di Mekah sebelum hijrah, ataupun yang delapan tahun di Madinah sebelum penaklukkan, kerapkali engkau atau pengikut-pengikutmu berkecil hati, ragu-ragu, kurang yakin, meskipun tidak dinyatakan secara terang. Hal ini disebutkan dalam firmannya,”

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. al Baqarah 214)

Sampai Rasul sendiri dan orang-orang beriman yang mengelilinginya telah bertanya, bilakah kami akan ditolong, karena kesengsaraan telah sampai ke puncak, tidak dideritakan lagi.

Mohon ampunlah kepada Allah atas perasaan-perasaan yang demikian, agar rasa hati itu bersih Kembali dan kasih dengan Allah bertaut lebih mesra dari yang dahulu. Dan tobat dari keguncangan pikiran dan keragu-raguan yang dating ke hati ialah dengan menyempurnakan kepercayaan kepadaNya.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button