INDUSTRI HALAL

Guru Besar Tazkia Bicara Ekonomi Kreatif di Bogor

Bogor (SI Online) – Radio Republik Indonesia (RRI) Bogor menyiarkan sesi Bincang Pagi bersama Murniati Mukhlisin selaku Guru Besar Universitas Tazkia, Founder Sakinah Finance dan Sobat Syariah, Shinta Dec Chechawaty selaku Ketua KADIN Kabupaten Bogor, Brian Wiryawan pelaku usaha kreatif, dan Rieke Iskandar selaku perwakilan Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) Kabupaten Bogor pengusaha muda. Adapun acara yang dilaksanakan pada 10 Maret 2025 ini dipandu oleh Sonni Agung Saputra.

Menjelang lebaran tentunya menjadi peluang bagi ekonomi kreatif. Kontribusi ekonomi kreatif sangat masif di masyarakat, baik melalui media sosial, mid night sale, dan acara sejenisnya. Melalui acara tersebut, UMKM yang ada di masyarakat akan terpacu untuk memproduksi barang. Tidak semata-mata untuk meraup keuntungan, tetapi juga meningkatkan kemaslahatan dan memberdayakan masyarakat.

KADIN selalu mitra strategis pemerintah selalu berupaya agar UMKM di Kabupaten Bogor dapat berkembang. KADIN hadir dalam pemulihan ekonomi dan konsisten membantu para pelaku usaha UMKM dengan cara membuka ruang agar bisa ekspansi di pasar domestik dan mancanegara.

“Lebaran menjadi peluang yang besar bagi pelaku ekonomi kreatif, karena berbagai usaha musiman seperti hidangan takjil, kue lebaran, fashion muslim mengalami kenaikan permintaan.” Ujar Shinta Dec Chechawaty selaku Ketua KADIN Kabupaten Bogor.

KADIN akan berkolaborasi melalui gerakan pasar murah dengan para pelaku usaha untuk memasarkan produknya. Selain itu, KADIN juga memiliki program UMKM satu data yang mana didalamnya memiliki berbagai data bidang usaha. Informasi ini menjadi sumber pelatihan UMKM kedepannya yang bisa dilaksanakan bersama KADIN.

Dari sisi akademisi, Murniati menjelaskan bahwa ekonomi kreatif termasuk ekonomi syariah ada di Asta Cita nomor 3. Adapun Asta Cita nomor 4 berfokus pada pendidikan, teknologi, dan juga pengembangan SDM, termasuk SDM pelaku ekonomi kreatif. Asta Cita nomor 5 yaitu hilirisasi.

Saat ini ada 6 sektor yang sedang dikembangkan pemerintah yaitu makanan minuman halal, keuangan syariah, pakaian modis, pariwisata ramah Muslim, kosmetik halal, dan farmasi halal. Semua hal ini tentunya berkaitan dengan sertifikasi halal. Apalagi jika produk akan dipasarkan ke luar negeri.

“Pintu masuknya ekonomi kreatif bisa dari pariwisata yang bisa mengenalkan makanan minuman halal, pakaian modis, keuangan syariah dan lain-lain” ungkap Murniati

Potensi pariwisata di bulan Ramadhan menurun, karena menjadi siklus tahunan. Upaya yang dilakukan adalah melakukan kegiatan olahraga di sore hari hingga menjelang berbuka puasa dan bekerjasama dengan restoran/destinasi pariwisata. Tujuannya, agar peserta yang sudah selesai mengikuti olahraga akan berbuka puasa dan membelanjakan uangnya di tempat rekreasi tersebut.” Tutur Rieke Ketua Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) Kabupaten Bogor.

Dari sisi pelaku usaha kreatif, Brian Wiryawan memaparkan bahwa permintaan produk pada saat Ramadhan menurun. Saat menjelang lebaran banyak permintaan produk secara custom misalnya untuk wadah makanan dan minuman.

Segmen pasar untuk produk kerajinan anyaman koran adalah masyarakat menengah keatas, karena golongan masyarakat ini cenderung memperhatikan nilai seni, dan estetika yang terkandung dalam sebuah produk.

Menanggapi hal tersebut, Murniati menjelaskan bahwa dari sisi literasi keuangan di Indonesia secara keseluruhan memang mengalami peningkatan, utamanya dari sisi syariah. Di Bulan Ramadhan ini diharapkan sektor industri halal dan zakat meningkat. Apalagi saat ini didukung dengan berbagai kemudahan akses pembayaran seperti pembayaran digital.

KADIN juga memberikan tips untuk UMKM agar tetap bertahan dalam menghadapi pasang surut perekonomian, diantaranya:

  1. Konsisten dalam usaha yang dijalani
  2. Diperlukan inovasi produk
  3. Digitalisasi produk

Murniati sepakat dengan tips-tips yang disampaikan oleh KADIN. Beliau juga menyampaikan bahwa pengusaha UMKM ini perlu diberi pelatihan khusus, karena beberapa faktor berikut:

  1. Belum bisa membedakan perencanaan keuangan bisnis dan pribadi
  2. Digital marketing masih perlu difasilitasi
  3. ⁠Perlu bimbingan dalam membuat rencana bisnis untuk jangka menengah dan panjang
  4. ⁠Perlu belajar akad-akad syariah untuk mendapatkan pembiayaan syariah

Selain itu pengusaha UMKM dari penyandang disabilitas pun dapat dibimbing sehingga mereka menghasilkan berbagai produk maupun jasa, seperti produk eco-enzyme, menjahit, pelatihan jadi pembicara MC dan lainnya. [ ]

Artikel Terkait

Back to top button