OASE

Bacalah dengan (Menyebut) Nama Tuhanmu

Ada sesuatu yang sedang dilahirkan dalam hati nurani alam semesta. Kehidupan di jalinan bintang-bintang sesuai dengan umat yang dipilih Allah untuk hidup jauh dari debu perbudakan. Oleh karena itu, bukan tanpa alasan bila Allah berfirman kepada Nabi-Nya, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.” (QS. Al-Alaq: 1)

Allah menggabungkan baginya antara penciptaan dari ketiadaan dan mengutus dengan “Bacalah!” dari kegelapan tenggelam. Bukan tanpa alasan Allah menggabungkan dua kehidupan dalam ayat tersebut. Yang pertama dari segumpal darah (Al-Alaq) dan yang kedua dari kata-kata (Al-Kalimat).

Tidak sia-sia Allah memberi kita anugerah kelahiran, lalu Allah memuliakan kita dengan anugerah pertolongan.

Dalam ayat pertama, Allah memberikan umat Islam anugerah terbesar, yaitu untuk dilahirkan kembali melalui penentuan nasib sendiri. Dia tidak ingin mereka tetap sia-sia di gurun pasir.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan adalah takdir penantian akan berakhir dengan kebebasan, karena para pembaca adalah orang-orang yang bebas.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu” dengan bacaan yang menuntunmu ke surat Al-Fajr dan surat Asy-Syams, dan untuk kecerahanmu di setiap detail surat Al-Ashr.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu” dengan bacaan yang mengantarkanmu sampai pada, “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.” (QS. An-Nashr: 1) Beberapa bacaan adalah bahan bakar pertempuran, dan itu adalah perjuangan umat.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu” dengan bacaan yang membawa Anda ke fokus cahaya, kepada surat An-Nur, dan titik kesadaran yang dengan itu kamu mendahului surat Al-Lail, sehingga ia tidak mencapaimu.

Baca dan katakan: Aku akan menyirami mimpi untuk menyeberang kepada Allah dengan tinta. Bacalah dengan bacaan orang yang mengetahui bahwa Tuhannya Maha Mengetahui dan mencintai para ulama, dan diamlah di tempat ibadah yang baru. Tekuklah lutut di teras ilmu dan komitlah dengan “Bacalah!” Ini adalah kewajiban pertama dan kewajiban yang menghilang, atau mungkin itu adalah kewajiban yang dihilangkan.

Ada orang yang tahu betul bahwa siapa pun yang memiliki kunci pengetahuan, dia memiliki potensi kepemimpinan. Ada orang yang menginginkan kita kembali menjadi Arab yang tanpa timbangan kecuali timbangan sajak, Arab tanpa tujuan selain kisah Ablah dan Antarah, Arab yang sebagian besar ceritanya adalah pertempuran seperti pertempuran di hutan belantara dan debu, dan kincir angin yang hanya menuai hidup kita.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu” inilah tugas yang menghilang atau dihilangkan, dan itu digunakan untuk mengoreksi kompas.

Bumi menjadi tempat pengirikan gandum jika ilmu dikaitkan dengan nama Tuhanmu. Tanpanya, bumi menjadi peristiwa destruktif dan tindakan yang terputus dari tujuannya. Al-Qur’an dalam kata-kata ini menetapkan makna yang tinggi dan mendalam bahwa membaca adalah tindakan yang mendukung tujuan berkomunikasi dengan makna di alam semesta yang membimbing Anda kepada Sang Pencipta. Jadi Dia memulai pesan pertamanya dengan firman-Nya, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu” (QS. Al-Alaq: 1), karena tindakan kognitif berfungsi untuk menemukan apa yang Allah inginkan.

Pelana kita tersandung, kita bersembunyi di bayang-bayang, dan kita menghilang di labirin jika kita melewatkan kewajiban “Bacalah!” Hari ini, kita kehilangan tatanan kewajiban agama yang disusun oleh Al-Qur’an, dan kita kehilangan pemahaman tentang makna dan pemahaman tentang fikih pembangunan.[]

Sumber: Dr. Kifah Abu Hanud, Membangun Manusia Berbasis Al-Qur’an. (terjemah). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2023.

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button