Pelukan Ayah Terasa Hingga Dewasa

Meskipun ayah disebut tidak sebanyak ibu namun mempunyai peran dan tanggungjawab yang besar selaku orang tua terhadap anak. Saking pentingnya peran ayah dalam kehidupan keluarga, maka ada banyak kisah tentang ayah yang dapat menjadi inspirasi.
Saat kita (selaku anak) dilahirkan, ayah mengumandangkan azan dan iqamah di telinga kita. Ayah tidak mengharapkan apa-apa, hanya berharap pada saat ayah nanti meghadapi kematian sang anak yang membisikkan kalimah tauhid di telinga ayah. Berkaitan ayah, berikut penulis ketengahkan kisah-kisah ayah yang menginspirasi.
Ahmad Saiful Islam al-Banna bercerita tentang pelukan hangat dari sang ayah, Hasan al-Banna, pelukan yang tidak pernah terlupakan selama hidupnya. Ketika itu, ia berdialog dengan ayahnya pada saat makan siang.
“Aku banyak berinteraksi dengan ayah sepanjang dua tahun. Ketika aku duduk di bangku SMA, di mana pelajar yang mulai duduk di bangku SMA berarti sudah memasuki usia politis, karena ia diperbolehkan untuk terlibat dalam organisasi, atau dalam partai. Ia juga diperbolehkan memiliki kartu tanda penduduk dengan keterangan tertulis bahwa ia adalah seorang pelajar. Ia juga diperbolehkan ikut dalam aksi demonstrasi. Dan, aku sendiri bergabung pada divisi pelajar pada fase ini.”
“Aku ingat ketika divisi pelajar dipimpin oleh ustadz Farid Abdul Khalik. Teman-temanku di divisi tersebut adalah kumpulan murid sekolah yang juga berasal dari sekolahku. Letak kantornya berdekatan dengan kantor pusat Al-Ikhwan Al-Muslimun. Karena itu, secara otomatis aku terlibat dengan para ikhwan di sekolah melalui berbagai kegiatan divisi pelajar.”
“Di sekolah dilakukan sejumlah diskusi yang dominannya tentang masalah negara, nasionalisme, masalah sungai nil, pendudukan Inggris di Mesir dan Sudan, serta masalah penyatuan antara Mesir dan Sudan.”
“Ketika kembali ke rumah, aku makan siang bersama ayah, dan aku bertanya kepadanya tentang diskusi yang terjadi di sekolah. Aku ingat, ketika itu aku bertanya dengan pertanyaan secara eksplisit: “Apa yang akan kita lakukan menghadapi Inggris bila mereka tidak juga mau meninggalkan Mesir?”
Ayah menjawab, “Kami akan mengirimkanmu bersama pasukan untuk mengusir mereka dengan kekuatan.” Ketika itu, ayah memelukku hangat sekali, hingga sampai sekarang aku masih merasakan dekapannya.”
“Aku sangat mengerti dengan apa yang terjadi pada waktu itu, termasuk masalah politik, dari masalah realitas kematangan politik yang aku alami saat aku duduk di bangku SMA. Aku memahami semua kelompok dan partai yang ada di Mesir ketika itu, terutama partai Al-Ikhwan dan Al-Wafd. Para pelajar SMU ketika itu juga memiliki interaksi dengan berbagai peristiwa di Mesir dan dunia Islam, termasuk aktif dalam aksi-aksi demonstrasi.”
Kisah di atas –praktik tarbiyah (pendidikan) Hasan Al-Banna kepada anak-anaknya– memberikan pelajaran (ibrah) yang berharga kepada kita sebagai orang tua. Sesibuk apapun orang tua hendaknya dapat meluangkan waktu untuk membersamai anak-anak. Kebersamaan seorang ayah akan tetap dirasakan hingga sang anak menjadi orang dewasa.
Berkaitan dengan hal ini, Al-Qur’an menyebutkan beberapa kisah tentang kebersamaan seorang ayah dengan anak-anaknya. Seperti kisah Nabi Ibrahim AS, kisah Nabi Nuh AS, dan kisah Nabi Ya’qub AS.
Allah SWT berfirman, “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 132).